RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)
“ALAHAN SEGAR”
SUPPLIER SAYUR-SAYURAN MURAH DAN BERKUALITAS
Oleh
ADE SAPITRA (0810851009)
MARLIZA RAHMA YULI (0810731007)
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
Diketahui
Ketua Jurusan Sastra Inggris
Fakultas Sastra
EVA NAJMA, M.Hum
NIP …………...………..
Padang, 15 April 2011
KetuaPelaksana
ADE SAPITRA
No BP 0810851009
Anggota
MARLIZA RAHMA YULI
No. BP 0810731007
PROFIL BISNIS
Nama toko : ALAHAN SEGAR
Bidang Usaha : Supplier sayur-sayuran murah dan berkualitas
Identitas Pemilik : Milik kelompok
Alamat Toko : Pasar Tarandam, Kelurahan Ranting Parak Gadang
Kecamatan Padang Timur, Padang
IDENTITAS PEMILIK:
Nama
No BP
Fakultas
Alamat
No Hp
E-mail
: Ade Sapitra
: 0810851009
:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: Kelurahan Ranting Parak Gadang No. 11,
Kecamatan Padang Timur, Padang
: 081266028265
: ade_sapitra@ymail.com
Anggota
No. BP
Fakultas
Alamat
No. Hp
E-mail
: 1. Marliza Rahma Yuli (0810731007)
: 0810731007
: Sastra
: Jalan Tunggang No 2a, Kecamatan Kuranji
Padang
: 085274528260
:swe3ty_02@yahoo.co.id
EXECUTIVE SUMMARY
Alahan Segar merupakan sebuah nama toko yang kami rancang sendiri, “alahan” yang berarti tempat atau lokasi sumber sayur-sayuran segar yang akan kami jual, sedangkan “segar” berari kualitas sayur-sayuran yang masih segar kerena kami langsung memberli dan menyangkut sayur-sayuran langsung dari kebun petani di Alahan Panjang, Kecamatan Danau Kembar, Solok, Sumatera Barat.
Penyediaan sayur-sayuran segar akan diimpor dari produsennya langsung, dari desa alahan panjang, kab.Danau Kembar, Solok. Supplyer sayur-sayuran menawarkan sayur yang masih segar dengan harga yang kompetitif dan dijamin lebih murah karena “tanpa perantara” kepada masyarakat kota padang.
Supplier menawarkan sayur-sayuran. Seperti : tomat, wortel, bawang merah, bawang putih, bawang prei, terong, kacang buncis, terong pirus. Tidak hanya segar, tapi sayur-sayuran tersebut juga memiliki kualitas yang tinggi. Ditambah lagi karena berdasarkan dari Solok, maka kami juga menyediakan beras Solok asli.
Supplyer sayur-sayuran pertamanya akan dibuka dipasar tradisional (pasar tarandam) kota padang. Tempatnya berada dipusat kota padang. Peluang supplier sayur-sayuran masih terbuka lebar, karena permintaan yang sangat banyak dari para konsumen, target konsumen kami adalah ibuk-ibuk RT karena merupakan peluang terbesar. Hal ini disebabkan karena ibuk-ibuk tersebut selalu memasak setiap harinya dan pastinya sangat membutuhkan barang-barang yang kami jual.Para pesaing juga tidak terlalu banyak, bahkan belum ada pesaing dari pastai besar (distributor tunggal). Selain itu kami juga menawarkan harga yang lebih murah dari pada supplier yang lain. Hal ini mampu kami lakukan karena distribusi yang kami lakukan tanpa perantara (distribusi langsung dari petani menuju pasar). Sayur-sayuran itu sendiri merupakan kebutuhan pokok masyarakat, karena sayur-sayuran yang berkualitas sudah menjadi kebutuhan dalam rangka memenuhi gizi dan vitamin bagi tubuh manusia.
Elemen elemen yang ditawarkan yang membedakan antara Supplier sayur-sayuran kami dengan para supplyer lainnya adalah :
1. Harga lebih murah
2. Kualitas yang bagus (masih segar)
3. Metode pemasaran yang unik
4. Lokasi yang strategis
5. Pelayanan yang bersahabat
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayur mayur merupakan jenis makanan penting bagi manusia untuk menjaga kesehatan. Sayuran hijau seperti tomat, daun selada, bayam, buncis, kangkung, daun dan yang lainnya ternyata memiliki beragam manfaat kesehatan.
Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak. Selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas.
Alahan Panjang merupakan salah satu daerah penghasil sayur mayur terbaik di sumatera barat dengan hasil pertanian seperti petani kentang, sayur, cabe, ubi, jagung, dan tomat, sehingga menjadi potensi besar bagi pihak yang memberdayakan potensi daerah ini.
Bisnis ini berawal dari kesempatan yang dilihat di lapangan yaitu:
1. Permintaan akan sayur-sayuran segar yang terus meningkat
2. Para supplier lain tidak mampu memenuhi permintaan konsumen yang terus bertingkat
3. Sedikitnya para supplier yang tidak terlalu paham akan kualitas sayur-sayuran yang berkualitas
B. Tujuan
Tujuan dari bisnis ini adalah untuk mengambil kesempatan yang ada dari penyediaan sayur-sayuran segar dan berkualitas bagi masyarakat kota padang . manfaat jika bisnis ini didirikan adalah:
1. Masyarakat bisa menghemat pengeluaran, karna harga sayur-sayuran yang relatif lebih murah.
2. Membantu penyediaan sayur-sayuran segar dan berkualitas bagi masyarakat kota padang
3. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar atau kepada mahasiswa yang masih kuliah di tahun akhir dengan menjadikan mereka sebagai rekan kerja.
PEMBAHASAN
A. PRODUK
a. Jenis produk yang dihasilkan
Jenis produk yang dihasilkan adalah sayur-sayuran segar, seperti : tomat, kentang, terong, cabe, wortel, buncis, bawang merah, bawang prei, terong pirus, alvokad, sawi, kol, dan beras solok.
b. Keunggulan produk
Sayur-sayuran ini masih segar, karna kami langsung memasok dari produsennya. Cabenya memiliki rasa yang lebih pedas, bawang merahnya lebih besar, berasnya memiliki rasa yang manis, harum, dan warnanya lebih putih, wortelnya besar dan tidak bercabang, tomatnya lebih besar dan tidak cepat busuk.
B. ASPEK PRODUKSI
a. Sarana produksi dan sarana pendukung yang dimiliki
1. Sarana produksi
No
Sarana produksi Harga (Rp/tahun)
1 Gedung/toko Rp. 8.000.000
2 Meja Rp. 750.000
3 Karung Rp. 250.000
4 Timbangan Rp. 500.000
5 Wadah dari rotan Rp. 250.000
6 Lain-lain (kondisional) Rp. 500.000
Jumlah Rp.10.250.000
2. Sarana pendukung
No Sarana pendukung
Harga (Rp/hari)
1 Mobil L-300 (pick-up) Rp. 300.000
b. Sumber bahan baku
Sayur-sayuran ini kami pasok dari desa Wisata, Simp. 4 Alahan Panjang, Kab. Solok, Sumatra Barat.
c. Cara memperoleh
Sayur-sayuran ini dibeli langsung dari petani Alahan Panjang, kemudian diangkut menggunakan mobil L.300 dengan harga sewa mobil sebesar Rp. 300.000/ 1 kali angkutan.
d. Jumlah tenaga kerja dan keahlian yang dimiliki
No
Jenis pekerjaan Jumlah TK
(OH/bln ) Jumlah upah
(Rp/bln)
1 Manajer produksi 1 ----------------
2 Manajer keuangan 1 ----------------
3 Manejer pemasaran 1 Rp 800.000
4 Manajer distribusi 1 Rp 600.000
5 Kuli angkut 1 Rp 500.000
Jumlah Rp. 1.900.000
e. Jumlah kapasitas produk
No Nama produk perminggu Perbulan
1 Wortel 200 kg 800 kg
2 Bawang merah 50 kg 200 kg
3 Bawang prei 100 kg 400 kg
4 Kol 350 kg 1.400 kg
5 Sawi 200 kg 800 kg
6 Buncis 200 kg 800 kg
7 Terong pirus 50 kg 200 kg
8 Alvokad 300 kg 1.200kg
9 Terong 150 kg 600 kg
10 Kentang 350 kg 1.400 kg
11 Tomat 150 kg 600 kg
12 Beras 125 kg 500 kg
C. ASPEK PEMASARAN
1. Gambaran Pasar
a. Jenis produk yang ditawarkan sayur-sayuran segar berkualitas.
b. Kharesteristik produk : bawang merah, wortel, buncis, bawang prei, terong, terong pirus, sawi, kol.
c. Segmen khusus kita adalah masyarakat kota padang.
d. Sarana yang dipergunakan untuk pemasaran ini adalah dengan agen. Sedangkan tranportasi untuk jemput-sayur-sayuran dari desa produsen dengan menggunakan tru
2. Lokasi dan area pemasaran
Kami memilih lokasi pasar tarandam, padang, alasan kami memilih tempat tersbut adalah :
a. Lokasi strategis
b. Pasarnya setiap hari
c. Kosumen ibuk-ibuk TR, pedagang kaki lima
d. Sewa toko murah
e. Di pasar tarandam belum ada distributot tunggal
f. Tingkat persaingan kecil
3. Target pasar yang menjadi prioritas
a. Ibu-ibu rumah tangga
b. Pedagang kaki lima
c. Restoran
4. Strategi pemasaran
a. Kegiatan promosi
• Produksi sample
• Jaminan kualitas sayuran
• Harga lebih murah
b. Iklan
• Agen (disampaikan dari mulut kemulut)
• Media massa (facebook dan blog )
c. Personal selling
• Lobbying
• Presentasi penjualan
d. Strategi penetapan harga
Harga disesuikan dengan masyarakat menengah kebawah, dan memakai sistem ekonomi islam atau syria’ah.
e. Harga jual per unit produk
No PENJUALAN
(UNIT ) HARGA
(RP/UNIT) JUMLAH BARANG/ bln PENJUALAN BERSIH (RP)
1 Wortel Rp. 1.500 800 kg 1.200.000
2 B. merah Rp. 8.500 200 kg 1.700.00
3 Tomat Rp. 1500 600 kg 900.000
4 Kentang Rp. 3.500 800 kg 2.800.000
5 Kol Rp. 400 1.400 kg 560.000
6 Sawi Rp. 500 800 kg 400.000
7 Alvokad Rp. 1.500 1.200 kg 800.000
8 Terong pirus Rp. 5.000 200 kg 1.000.000
9 Terong Rp. 3.500 500 kg 1.750.000
10 Beras solok Rp. 12.000 500/gantang 6.000.000
Total Rp. 17.110.000
D. ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Struktur Organisasi Perusahaan
1. Kualifikasi Tim Manajemen
No Jabatan Kualifikasi
(Pendidikan/pengalaman)
1 Ade sapitra MHS UNAND
2 Marliza Rahma Yuli MHS UNAND
3 Yulianto SMA/Petani sayur
4 Syafriadi SMA/Pedagang
5 Roni SD/Kuli angkut
2. Anggaran Balas jasa Tim Manajeme
No
Jenis pekerjaan Jumlah TK
(OH/bln ) Jumlah upah
(Rp/bln)
1 Manajer produksi 1 ----------------
2 Manajer keuangan 1 ----------------
3 Manejer pemasaran 1 Rp 800.000
4 Manajer distribusi 1 Rp 600.000
5 Kuli angkut 1 Rp 500.000
Jumlah Rp. 1.900.000
E. ASPEK KEUANGAN
1. Kebutuhan Modal Investasi
• Investasi yang telah dimiliki Rp 2.000.000
Berasal dari tabungan sendiri
• Rencana penambahan modal Rp 15.110.000
*Dimohonkan bantuan kepada PMW Unand
2. Total Kebutuhan Modal dan sumber Permodalan
Kebutuhan Modal
NO JENIS MODAL KEBUTUHAN (RP)
1 Modal Investasi 15.110.000
2 Modal Kerja -------------
Jumlah 15.110.000
Sumber Permodalan
NO SUMBER JUMLAH (RP)
1 Modal sendiri 2.000.000
2 Modal pinjaman ------------
Jumlah 2.000.000
KESIMPULAN
Jenis usaha ini sangat potensial untuk maju dan berkembang, dengan memperhatikan :
a. Pasarnya setiap hari
b. Konsumen kita adalah Ibuk-ibuk RT
c. Kita menjadi pemasok bagi pedagang kaki lima
d. Harga yang kita berikan relatif murah dari pedagang lain,karena tanpa perantara.
e. Kualitas barang kita lebih segar dan tahan lama.
Demikianlah potensi yang mungkin terjadidalam perjalan bisnis ini, besar harapan kami Bapak Pimpinan PMW dapat menerima proposal “Business Plan” ini, demi kelanjutan dan berkembangnya usaha kami ini.
LAMPIRAN
(Foto produk sayur mayur ALAHAN SEGAR)
Rabu, 18 Mei 2011
SOCIOLINGUISTICS
Language varities
People use language because they need language to communicate each other. they use language with different aspect to get their goal. They chose many variant of language that they’ll usage. The variety include: languages, dialects, accents, registers, styles or other sociolinguistic variation, as well as the standard variety itself. Language that they usage was inluented by norms, and social status. Sociolinguitics determine language that usage that influent by social status and the functional of language. Its also call varnacular.
a. vernacular language
vernacular language is used as a native language in a single speaker community.
Characteristics of vernacular language
1. language is non-standard
2. languag inharit from familiy/community
3. it is finite function
example : Minang language
b. francas language
A lingua franca is a general language that use to make communication between people without use their mother tongue language, especially when it is language distinct from both mother tongues
Example : indonesia language that use in our country
c. pidgin and croel
pidgin
A pidgin is language that use two or more groups that do not have francas language or language that use in common. In this case, both of group speak a language different from language of their group or community A pidgin is not the native language of any speech community, but is instead learned as a second language. A pidgin may be built from words, sounds, or body language from multiple other languages and cultures. Pidgins usually have low prestige
creole
A creole language is a language that born from pidgin that has become nativized. Most often, the vocabulary comes from the dominant group and the grammar from the subordinate group, where such stratification exists.
Example : most indonesia vocabulary is from melayu cause it is dominant.
Language, dialect, and varieties
Language may refer either to the specifically human capacity for acquiring and using complex systems of communication, or to a specific instance of such a system of complex communication. The scientific study of language in any of its senses is called linguistics.
Language is:
• A mental faculty, organ or instinct
• A formal symbolic system
• A tool for communication
Dialect
Dialect is speaking that refers to geographical variant language. It is denote to a geographically distint variety of a language.
Variety
Variety is variant language that used in society. language variation used in many reason, such as norms, social status to give some respect to other people. It is variety lead to use of term dialect.
There are a number of further labels which are used to refer to language variation along various axes. Students should be aware of at least the following three terms.
Diatopic Refers to variation in language on a geographical level.
Diastratic Refers to variation in language between social classes.
Diachronic Refers to variation in language over time.
standard language
A standard language (also standard dialect or standardized dialect) is a language variety used by a group of people in their public discourse. Language that exist in dictionary, use in goverment, many instation,social, politic. Formal language
People use language because they need language to communicate each other. they use language with different aspect to get their goal. They chose many variant of language that they’ll usage. The variety include: languages, dialects, accents, registers, styles or other sociolinguistic variation, as well as the standard variety itself. Language that they usage was inluented by norms, and social status. Sociolinguitics determine language that usage that influent by social status and the functional of language. Its also call varnacular.
a. vernacular language
vernacular language is used as a native language in a single speaker community.
Characteristics of vernacular language
1. language is non-standard
2. languag inharit from familiy/community
3. it is finite function
example : Minang language
b. francas language
A lingua franca is a general language that use to make communication between people without use their mother tongue language, especially when it is language distinct from both mother tongues
Example : indonesia language that use in our country
c. pidgin and croel
pidgin
A pidgin is language that use two or more groups that do not have francas language or language that use in common. In this case, both of group speak a language different from language of their group or community A pidgin is not the native language of any speech community, but is instead learned as a second language. A pidgin may be built from words, sounds, or body language from multiple other languages and cultures. Pidgins usually have low prestige
creole
A creole language is a language that born from pidgin that has become nativized. Most often, the vocabulary comes from the dominant group and the grammar from the subordinate group, where such stratification exists.
Example : most indonesia vocabulary is from melayu cause it is dominant.
Language, dialect, and varieties
Language may refer either to the specifically human capacity for acquiring and using complex systems of communication, or to a specific instance of such a system of complex communication. The scientific study of language in any of its senses is called linguistics.
Language is:
• A mental faculty, organ or instinct
• A formal symbolic system
• A tool for communication
Dialect
Dialect is speaking that refers to geographical variant language. It is denote to a geographically distint variety of a language.
Variety
Variety is variant language that used in society. language variation used in many reason, such as norms, social status to give some respect to other people. It is variety lead to use of term dialect.
There are a number of further labels which are used to refer to language variation along various axes. Students should be aware of at least the following three terms.
Diatopic Refers to variation in language on a geographical level.
Diastratic Refers to variation in language between social classes.
Diachronic Refers to variation in language over time.
standard language
A standard language (also standard dialect or standardized dialect) is a language variety used by a group of people in their public discourse. Language that exist in dictionary, use in goverment, many instation,social, politic. Formal language
Kamis, 12 Mei 2011
BELAJAR BAHASA JEPANG
KATA GANTI
Saya = watashi, watakushi, shousa, boku, atashi, ore
Kami = watashitachi, bokutachi, bokura, atashitachi, oretachi
Kamu = anata, kimi, omae
Kamu sekalian = anatagata, kimitachi, omaera
Dia (laki) = kare, karera (jamak)
Dia (perempuan) = kanojo, kanojora (jamak)
Ini = kore, korera (jamak)
Itu = sore, are, sorera (jamak), arera (jamak)
GREETING
Selamat = omedetou (gozaimasu)
Selamat ulang tahun = tanjoubi omedetou
Selamat pagi = ohayou (gozaimasu)
Selamat siang = konnichiwa
Selamat malam = konbanwa
Selamat datang = youkoso, itteirasai
Selamat tinggal = sayonara
Selamat istirahat = oyasumi (nasai)
Apa kabar = ogenki desuka, o kigen ikaga desuka (formal)
Sampai jumpa lagi = mata aimashou, itte mairimasu
Spada = gomen kudasai
Permisi = shitsureishimasu
Silakan = douzo Maaf = sumimasen, gomen (nasai)
Terimakasih = doumo, arigatou (gozaimasu)
Terimakasih kembali = dou itashimashite
Iya = hai
= iie
Saya berangkat = ittekimasu
Selamat jalan = itterasshai
Saya pulang = tadaima
Selamat datang = okaeri (nasai
) Selamat makan = itadakimasu
Terimakasih utk hidangannya = gochisousama dehita
Saya = watashi, watakushi, shousa, boku, atashi, ore
Kami = watashitachi, bokutachi, bokura, atashitachi, oretachi
Kamu = anata, kimi, omae
Kamu sekalian = anatagata, kimitachi, omaera
Dia (laki) = kare, karera (jamak)
Dia (perempuan) = kanojo, kanojora (jamak)
Ini = kore, korera (jamak)
Itu = sore, are, sorera (jamak), arera (jamak)
GREETING
Selamat = omedetou (gozaimasu)
Selamat ulang tahun = tanjoubi omedetou
Selamat pagi = ohayou (gozaimasu)
Selamat siang = konnichiwa
Selamat malam = konbanwa
Selamat datang = youkoso, itteirasai
Selamat tinggal = sayonara
Selamat istirahat = oyasumi (nasai)
Apa kabar = ogenki desuka, o kigen ikaga desuka (formal)
Sampai jumpa lagi = mata aimashou, itte mairimasu
Spada = gomen kudasai
Permisi = shitsureishimasu
Silakan = douzo Maaf = sumimasen, gomen (nasai)
Terimakasih = doumo, arigatou (gozaimasu)
Terimakasih kembali = dou itashimashite
Iya = hai
= iie
Saya berangkat = ittekimasu
Selamat jalan = itterasshai
Saya pulang = tadaima
Selamat datang = okaeri (nasai
) Selamat makan = itadakimasu
Terimakasih utk hidangannya = gochisousama dehita
Selasa, 10 Mei 2011
SETULUS CINTA INDONESIAKU
SETULUS CINTA INDONESIAKU
(Marliza Rahma Yuli,Fakultas Sastra,Universitas Andalas)
Awan hitam menyelimuti bumi pertiwi
Tanah dan udara tercemari oleh polusi
Para pejabat menari tanpa ada solusi
Rakyat meraung di tengah revolusi
Inilah tanah air tercinta ibu pertiwi
Penguasa tersenyum penuh kedamaian
Menjanjikan sebuah kalimat harapan
Sebenarnya hanya omong kosong kekuasaan
Hanya demi sebuah kursi megah jabatan
Rakyat tetap saja tertipu dengan kebodohan
(Marliza Rahma Yuli,Fakultas Sastra,Universitas Andalas)
Awan hitam menyelimuti bumi pertiwi
Tanah dan udara tercemari oleh polusi
Para pejabat menari tanpa ada solusi
Rakyat meraung di tengah revolusi
Inilah tanah air tercinta ibu pertiwi
Penguasa tersenyum penuh kedamaian
Menjanjikan sebuah kalimat harapan
Sebenarnya hanya omong kosong kekuasaan
Hanya demi sebuah kursi megah jabatan
Rakyat tetap saja tertipu dengan kebodohan
Jumat, 06 Mei 2011
PARADIGMA SEBUAH JANJI
Paradigma sebuah janji
By: marliza rahma yuli
Aku berjalan menyusuri malam
Tak ada cahaya,hanya kelam
Aku dengar rintihan kelaparan
Aku dengar raungan kebodohan
Mentari terbit, pertanda pagi
Tak ada tangisan, hanya sepi
Aku melihat disana-sini
Tumpukan mayat mengelilingi
Mereka menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang mereka yakini
Dikala pemilu untuk merubah bangsa ini
Namun itu semua hanya basa-basi
Hingga tuhan menjemput mereka disini
Mereka masih menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang takkan pernah di tepati
Oleh orang yang mereka percayai
By: marliza rahma yuli
Aku berjalan menyusuri malam
Tak ada cahaya,hanya kelam
Aku dengar rintihan kelaparan
Aku dengar raungan kebodohan
Mentari terbit, pertanda pagi
Tak ada tangisan, hanya sepi
Aku melihat disana-sini
Tumpukan mayat mengelilingi
Mereka menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang mereka yakini
Dikala pemilu untuk merubah bangsa ini
Namun itu semua hanya basa-basi
Hingga tuhan menjemput mereka disini
Mereka masih menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang takkan pernah di tepati
Oleh orang yang mereka percayai
GORESAN LUKA DALAM DEKAPAN IBLIS
Oktober 2010....
Sri menangis terisak-isak di tepi jalan seperti wanita yang suaminya meninggal di medan perang. Wajahnya sembab oleh air mata yang menganak sungai. Orang-orang melihatnya dengan berbagai pikiraan yang bergejolak di kepala. Bukan kepergiannya ke Mentawai yang membuat Sri menangis. Tapi kekecewaan yang menggerogoti hatinya seperti sel kanker stadium empat, sangat menyakitkan. Sri hanya minta satu pada Adit yang selalu mengisi hari-harinya. Temui dia sebelum berangkat menjadi relawan ke Mentawai. Permintaan yang sangat sederhana, tapi itu tak dilakukan oleh seorang Adit. Adit harus menjemput komandannya.
Empat hari terasa seperti penantian empat tahun bagi Sri yang dihantui kecemasan. Cemas kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada laki-laki yang telah meluluhkan hatinya yang beku. Setiap pulang kuliah, Sri duduk dengan muka cemas di depan TV. Mendengarkan reporter yang menggambarkan keadaan cuaca di Mentawai yang semakin memburuk. Badai yang terus mengamuk sehingga kapal relawan yang menyalurkan bantuan terhalang.
Berkali-kali Sri mencoba untuk menelepon, tapi yang dia dengar hanya suara operator yang berkoar-koar “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...bla...bla..”. Tak terhitung SMS yang telah dikirim Sri dan hampir semua SMS itu bertuliskan pending. Namun suatu hari, Sri menerima SMS dari Adit. Betapa girang perasaannya, mukanya yang murung berubah menjadi cerah. “Aku baik2 saja”. Betapa besar cinta yang telah tertanam dalam perasaan Sri.
November, 2010...
Segala sesuatu terasa sangat menyenangkan bagi Sri. Dari mulai mentari menampakkan sinarnya, senyuman kebahagiaan selalu terlukis di wajahnya, matanya selalu berbinar sepanjang hari. Semua teman-teman Sri yang satu kontrakan sudah mengetahui apa gerangan yang membuat Sri begitu senang hari ini. Adit telah selesai dari misi Menwa-nya (Resimen Mahasiswa) menjadi relawan, dan dikabarkan hari ini sampai di kota Padang.
Sore hari Sri nampak sangat sibuk bersiap-siap bertemu Adit malam ini. Adit pernah berkata sampai di Padang Adit akan langsung menemuinya. Hal itu disampaikan Adit sebelum berangkat ke Mentawai. Sri mempersiapkan baju terbaik yang dia punya untuk menemui Adit nanti malam. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai baju kemeja yang dia beli sebulan lalu. Sri menyetrika kemeja kotak-kotak bewarna coklat itu dengan sangat rapi dan tak lupa disemprotkannya pewangi.
Jam tujuh malam, Sri telah siap menyambut kedatangan Adit. Sri terlihat begitu memukau dengan dandanannya yang sangat sederhana. Berkali-kali dipandanginya pintu, namun sosok Adit yang ditunggu belum juga muncul. Tapi ia masih berusaha untuk tenang, dia yakin Adit masih di jalan. Jam sudah menunjukkan angka delapan, namun keberadaan Adit belum menampakkan tanda-tanda. Sri mulai cemas, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Adit seperti dalam komik percintaan yang sering dibacanya. Akhirnya, Sri memutuskan untuk menghubungi Adit.
“Halo. Lagi dimana, Dit?” tanya Sri tanpa mendengar suara orang yang mengangkat teleponnya.
“Ini Ade, Sri...” Sri terkesiap, jantungnya mulai berdebar tak karuan. “Aditnya lagi tidur. Belum bangun-bangun dari nyampe tadi,” lanjut Ade memberi penjelasan seadanya.
“Ow... Ya udah, makasih ya, De. Salam aja buat dia,” Sri langsung mematikan teleponnya. Dia kembali kecewa, ternyata Adit lupa. Tapi Sri berusaha untuk mengerti, Adit pasti capek banget. Menjadi relawan selama empat hari pasti melelahkan, belum lagi perjalanan laut yang membuat pusing kepala.
Namun kemudian, selalu ada rintangan. Adit benar-benar susah untuk ditemui. Hujan yang mengguyur kota Padang, memang menjadi alasan paling masuk akal, kenapa Adit tak kunjung menampakkan muka di depan rumah. Pernah suatu kali Sri ingin bertemu Adit di kampus karena mereka satu kampus tapi beda fakultas. Adit tetap tak bisa ditemui. SMS Sri sering tak di balas. Kalau Sri menelepon, bisa di pastikan Adit selalu dalam keadaan sangat sibuk. Sri kuliah di fakultas sastra, sedangkan Adit kuliah di fakultas teknologi pertanian. Adit selalu disibukkan dengan laporan yang menumpuk dan harus diserahkan sebelum pratikum,selain itu Adit juga menjadi asisten bengkel dan sering di sibukkan oleh proyek-proyek dari dosen,belum lagi posisi Adit di Menwa sebagai wakil provost jadi memiliki tanggung jawab lebih. Sedangkan Sri, anak sastra tanpa ada pratikum dan tentunya tak sesibuk Adit.
Bagi Sri love is understanding, Sri selalu berusaha mengerti,memahami Adit sepenuh jiwanya. Menerima semua atribut yang melekat padanya,termasuk sifat Adit yang sangat tergantung moody-nya. Sri tak lelah menunggu Adit setiap harinya, walaupun yang ada hanya kekecewaan saat yang di tunggu tak kunjung datang.
Penantian Sri akhirnya membuahkan hasil, Adit berdiri di depan pintu rumah dengan senyum sumringahnya. Sri benar-benar sangat girang dibuatnya. Sorot kebahagia’an nampak jelas dari kedua bola matanya yang bulat. Sebuah senyuman kebahagiaan terlukis jelas di kanvas wajahnya. Senyuman yang sempat hilang. Kini Seakan-akan senyuman itu abadi untuk selamanya. Senyuman indah milik Sri, hanya milik Sri untuk Adit yang sangat dikasihaninya.
Sri dan Adit memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai Padang “Taplau”. Begitu orang Padang menyebutnya. Tempat yang telah menpersatukan banyak hati. Sri duduk sambil menyandarkan kepala di bahu Adit yang kuat. Aroma parfum Adit tercium jelas. Begitu nyaman. Layaknya orang pacaran, mereka berbagai cerita tentang banyak hal. Cita-cita, kenangan waktu kecil, kesulitan di kampus, keluarga, semuanya. Sri merasa begitu dekat dengan Adit, seakan-akan Adit menjadi darah yang mengalir di seluruh tubuhnya.
Desember, 2010...
Sebulan setelah ketemu, Adit seakan tiada berita. Setiap kali di-SMS tak pernah di balas. Sri makin gelisah dibuatnya. Setiap kali Sri menelepon, dari intonasi Adit, seakan-akan Sri hama pengganggu. Suaranya selalu kesal. Pernah suatu kali Adit berkata di telepon “orang selalu senang menerima telepon dari pacarnya. Tapi aku tidak ngerasainnya,”. Adit juga pernah berkata “Iya. Aku merasa SMS Sri kayak teror aja. Makanya gak aku balas”. Padahal Sri hanya mengirim SMS ‘Pagi,Dit. Udah bangun blum? have a nice day’.
Malam tahun baru Sri mencoba buat nelepon Adit. Tapi nomor yang dituju selalu sibuk. Sri terus berusaha, dia tak peduli nomor Adit sibuk, karena walau sibuk sebenarnya telepon itu tetap tertera di handphone sang penerima. Sri terus mencoba puluhan kali, sampai jempolnya benar-benar sangat sakit untuk di gerakkan. Sampai dia tak kuat lagi. Tak lama kemudian Adit menelepon.
“Halo. Ada apa?”
“Kok nomornya sibuk terus? Lagi nelepon siapa?”
“Temen.”
“Cewek atau cowok?”
“Cewek.”
“ow... Jadi kamu nelepon cewek dan teleponku diabaikan?”
“Iya. Udah lama gak nelepon dia. Kangen..”
“Sebenarnya perasaanmu ke aku kayak apa sih sekarang?”
“Saya tidak tahu perasaan saya pada Anda saat ini.”
Sri memutuskan komunikasi saat itu juga. Hatinya perih bagai disayat-sayat oleh sembilu. Ketika kembang api bagai bunga bermekaran berhamburan di Taplau menghiasi langit kota Padang dengan cahaya dan warna warni yang sangat mengagumkan, ketika semua orang tersenyum bahagia menyambut kedatangan tahun baru,saat itu tanpa ada yang tahu, butiran bewarna bening menganak sungai di pipi Sri yang tampak sembab. Sri tetap berusaha untuk sabar. Yang namanya hubungan takkan selalu indah seperti yang dibayangkan. Pasti akan selalu ada rintangan yang menghadang. Sri yakin hubungannya tengah di uji oleh tuhan, sekuat mana dia mampu bertahan saat berdiri di tengan kegelapan di bawah lingkaran setan,yaitu sebuah kebosanan.
Januari 2011...
Rasanya liburan begitu panjang. Rasanya tak sabar ingin bertemu dengan Adit, ingin cepat-cepat mengaplikasikan rencana yang telah di sepakati berdua, jalan-jalan kekampung halaman Adit ,pesisir selatan. Setiap malam Sri selalu membayangkan pergi jalan-jalan ke pantai bareng Adit. Menikmati indahnya pantai Pesisir Selatan, berjalan di atas butiran pasir bewarna putih, air laut bewarna biru yang begitu bening. Sri benar-benar tak sabar menunggunya, sering kali Sri tersenyum tersipu-sipu membayangkan bersandar di bahu Adit kala menikmati langit senja bewarna merah, dan sang raja siang yang perlahan-lahan turun dari singgananya.
Dengan perasaan berdebar-debar Sri menyambar telepon. Sebuah suara yang sangat dikenalnya menyahut dengan lembut. Hati Sri terasa hangat mendengar suara itu. Saat mendengarnya, Sri merasa Adit yang ia rindukan telah kembali, Adit yang dulu telah kembali. Sri benar-benar bersyukur pada Tuhan. Rasa cemasnya hilang seketika. Apa lagi saat Adit mengatakan ‘Kapan balik ke Padang? Gimana kita mau jalan-jalan ke Pesisir kalo Sri masih di kampung?’
Setelah menelepon, Sri langsung memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Raut wajahnya benar-benar bahagia. Kepada neneknya, Sri mengatakan akan kembali ke Padang hari ini untuk mendaftar ulang dan mengurus pengisian KRS (Kartu Rencana Studi).
Februari 2011....
Sudah empat hari Sri di Padang, tapi Adit tak kunjung menampakkan rupanya. Setiap hari Sri menatap pintu rumah, berharap ada suara orang mengetuk pintu. Tapi setiap kali melihat, orang itu bukan Adit, tapi orang yang mengantarkan air galon ke rumah.
Adit kembali membuat alasan, tiap kali Sri minta ketemuan di telepon. Mulai dari sibuk bikin mesin untuk pertanian, lagi main sama teman, lagi nonton. Sri benar-benar hampir gila di buatnya, tapi Sri masih berusaha untuk sabar, Sri tahu setiap hubungan pasti ada masa jenuhnya, Sri berusaha memahami itu. Setelah yakin, perasaannya telah tenang, Sri memutuskan untuk menelepon Adit. Telepon tersambung. Terdengar suara khas cowok. Adit.
“Halo. Ada apa?” tanya Adit dingin. Ciri khas Adit seperti biasa. Sri benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi ngadepin sikap Adit. Sri benar-benar lelah. Tapi Sri tetaplah gadis polos yang baru mengenal cinta. Baginya asal ada cinta, asal Adit menyayanginya, itu semua cukup. Sri bertekad akan memperjuangkannya dan bertahan dalam hubungan yang sangat menyiksa jiwanya ini. Baginya sesuatu yang diinginkan tak mudah untuk didapatkan.
“Adit, kalau Adit gak datang kesini, aku gak apa-apa kok. Aku cuma pengen tahu sebenarnya ada apa. Kenapa sikap Adit belakangan jadi aneh banget sama aku? Aku ada salah dit?” tanya Sri sungguh-sungguh.
“Gak ada apa-apa kok. Cuma pengen aneh aja!”
“Sebenarnya selama liburan ini aku udah intropeksi diri, kalau-kalau aku ada salah sama Adit. Aku ingin menjadi yang terbaik buat Adit, aku pengen berusaha buat jadi pacar yang bisa Adit banggakan. Kalau ada masalah lebih baik kita ketemu, Adit. Kita diskusikan bersama.”
“Ntar kalau ketemu pasti ngamuk, gak mau ah! Malas!”
“Perasaan Adit ke aku gimana?”
“Gak tau.”
“Ada cewek lain yang Adit suka?” tanya Sri berusaha untuk tegar. Sebuah pertanyaan yang dihindarinya selama ini. Pertanyaan yang sangat ditakutinya. Pertanyaan yang sudah bersarang di dalam jiwanya selama ini.
“Iya, ku lagi suka sama anak Medan. Satu fakultas sama aku jadi bisa ketemu tiap hari. Lagi deket.....,” kata Adit dengan intonasi gembira, tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun.
Sri hanya diam. Cuma itu yang dilakukannya. Ingin rasanya dia berteriak saat itu, menangis, meraung-raung seperti dahulu kala. Tapi itu tak dilakukannya. Semua kesabarannya selama ini tak ada gunanya karena cinta yang dia perjuangkan ternyata seperti ini. Hubungan yang selalu dia jaga dengan penuh kesetiaan berujung kecewa.
“Lho kok diam? Nangis ya? Aku gak salah kan? Setiap pertanyaan harus ada jawabannya!” Adit terus berkata-kata.
Sri masih diam membisu. Tatapannya kosong, semua memori indah mulai terlihat samar-samar. Sementara Adit mulai bercerita tentang gadis yang mulai dekat dengannya, kemungkinan saat dia jadian dengan gadis itu. Tak lupa Adit menambahkan, meminta Sri untuk mengakhiri hubungan ini.
“Ya... Ki.... ki...ta udahan. Ki...kita akhiri hubungan ini. Se...semoga bahagia..,” kata Sri dengan suara terbata-bata.
“Oh.... syukurlah. Udah ya. Bye.”
Telepon ditutup, tapi Sri terdiam disana. Dia hanya duduk menatap dinding kamar dengan tatapan yang akan membuat orang tergetar dan bisa merasakan betapa dalamnya luka membalut hatinya.
***
“Sri, kamu gak boleh kayak gini terus. Aku bosan liat kamu yang bengong kayak makhluk gak bernyawa. Walau kamu putus sama Adit, hidup akan terus berlanjut terus. Coba kamu pikirin nenekmu yang sayang banget ama kamu Sri. Nenek yang menaruh harapan besar buat cucu kesayangannya, nenek yang berjuang melawan beban hidup, demi melihat cucunya memakai baju wisuda!!!” ujar Rahmi yang mulai kesal melihat Sri yang bertingkah putus asa. Seakan hidup berakhir dengan berakhirnya hubungannya dengan Adit.
Sri menatap Rahmi dengan sebuah senyuman yang sangat dipaksakan. Dia seakan berusaha untuk tegar, supaya sahabatnya tak cemas lagi melihat kondisinya.
“Udah daftar ulang ke fakultas belum?” tanya Rahmi. Tanpa menunggu jawaban, Rahmi langsung melemparkan handuk ungu kesayangan Sri. Dengan sigap, Rahmi menarik tangan Sri dan mendorongnya ke kamar mandi.
“Cepat mandinya, kita harus buru-buru, bentar lagi fakultas tutup, dan kalau itu sampai terjadi berarti secara otomatis kita takkan terdaftar sebagai mahasisiwa semester ini, alias terpaksa B.S.S (Berhenti Studi Sementara),” teriak Rahmi dari luar.
“Iya, tahu...”
Sri mulai tampak sedikit bersemangat, Rahmi yang mengendarai motor bisa merasakan perubahan pada teman baiknya. Rahmi turut senang, sebuah senyuman tulus terukir disana. Rahmi terus mengajak Sri mengbrol sambil mengendarai motor.
Sesampainya di tikungan dekat gedung futsal, Rahmi membelokkan motor dengan cepat, tanpa diduga bus kampus yang sedang beroperasi datang dari arah yang berlawanan. Motor yang dikendarai terpental sejauh 20 km. Rahmi terlempar ke tanah di samping jalan, seketika itu langsung tak sadarkan diri, sedangkan Sri tergeletak di jalan dalam genangan hangat bewarna merah.
Supir bus dan beberapa penumpang langsung turun. Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sri tampak sangat kesakitan, nafasnya tersengal-sengal, sementara darah terus bercucuran dari sekujur tubuhnya.
Rahmi telah sadarkan diri. Dia melihat Sri yang ada di sampingnya, terbujur kaku dengan luka di sekujur tubuhnya. Dokter menggelengkan kepala menandakan Sri tak terselamatkan. Kain putih ditarik hingga menutupi kepala. Butiran bewarna bening menganak sungai di wajah Rahmi yang tergores luka, namun bukan luka luar yang menyakitkan, tapi luka hatinya yang harus menyaksikan sahabatnya dipanggil Yang Maha Kuasa.
Tak lama kemudian, keluarga Sri datang mengelilingi tubuh Sri yang terbujur kaku. Terdengar raungan yang begitu menyiksa. Duka dari keluarga yang ditinggalkan, duka dari tiang harapan yang telah hilang.
***
Rahmi masih bisa merasakan derai tawa Sri dalam kamar. Pendapat-pendapat Sri yang kritis tentang berbagai hal, mengobrol dengan Sri merupakan suatu kebahagiaan. Sri yang ceria, Sri yang usil, kini telah tiada.
Lagu Ada Band mengalun, Rahmi berusaha mencari sumber suara yang digunakan Sri dalam handphone-nya sebagai ringtone tanda ada pesan. Rahmi menemukan handphone Sri yang tertinggal di atas lemari, sebelum kecelakaan tragis itu terjadi. Sebuah pesan dari Adit. Rahmi geram bukan kepalang, buat apa manusia yang lebih kejam dari iblis itu mengirimkan SMS ke handphone Sri. Satu hal yang paling di sesali Rahmi dan yang sangat di bencinya, adalah kesabaran Sri semasa hidupnya menghadapi Adit. Padahal Adit memperlakukan Sri tak ubahnya sampah, yang di buang berkali-kali kemudian di pungut lagi. Berkali-kali Rahmi menasehati, tapi Sri tak pernah mengerti,konsep love is blind sangat berlaku pada diri Sri, bahkan sampai tuhan memanggilnya.
Rahmi penasaran sehingga dia membuka dan membaca pesan singkat itu.
Sender : 08126607xxxx
‘Q dh jdian ma dy, lupain smua ttg kt’
MANUSIA BODOH
By: Ada Band
Dahulu terasa indah Tak ingin lupakan
Bermesraan slalu jadi satu kenangan manis
Tiada yang salah…
Hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua
Ini permainkanku berulang-ulang kali
reff
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang di hempas sang ombak…
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapan kah ku harus menanggungnya
Kutukkan cinta ini
bersemayam dalam kalbu
semua kisah pasti ada akhir yang harus di laluai
begitu juga akhir kisah ini
yakinku indah
Tak ayal tingkah lakumu buatku putus asa..
Kadang akal sehat ini tak cukup membendungnya
Hanya kepedihan yang slalu datang menertawakanku
Kau belahan jiwa tega menari indah di atas tangisanku
Sri menangis terisak-isak di tepi jalan seperti wanita yang suaminya meninggal di medan perang. Wajahnya sembab oleh air mata yang menganak sungai. Orang-orang melihatnya dengan berbagai pikiraan yang bergejolak di kepala. Bukan kepergiannya ke Mentawai yang membuat Sri menangis. Tapi kekecewaan yang menggerogoti hatinya seperti sel kanker stadium empat, sangat menyakitkan. Sri hanya minta satu pada Adit yang selalu mengisi hari-harinya. Temui dia sebelum berangkat menjadi relawan ke Mentawai. Permintaan yang sangat sederhana, tapi itu tak dilakukan oleh seorang Adit. Adit harus menjemput komandannya.
Empat hari terasa seperti penantian empat tahun bagi Sri yang dihantui kecemasan. Cemas kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada laki-laki yang telah meluluhkan hatinya yang beku. Setiap pulang kuliah, Sri duduk dengan muka cemas di depan TV. Mendengarkan reporter yang menggambarkan keadaan cuaca di Mentawai yang semakin memburuk. Badai yang terus mengamuk sehingga kapal relawan yang menyalurkan bantuan terhalang.
Berkali-kali Sri mencoba untuk menelepon, tapi yang dia dengar hanya suara operator yang berkoar-koar “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...bla...bla..”. Tak terhitung SMS yang telah dikirim Sri dan hampir semua SMS itu bertuliskan pending. Namun suatu hari, Sri menerima SMS dari Adit. Betapa girang perasaannya, mukanya yang murung berubah menjadi cerah. “Aku baik2 saja”. Betapa besar cinta yang telah tertanam dalam perasaan Sri.
November, 2010...
Segala sesuatu terasa sangat menyenangkan bagi Sri. Dari mulai mentari menampakkan sinarnya, senyuman kebahagiaan selalu terlukis di wajahnya, matanya selalu berbinar sepanjang hari. Semua teman-teman Sri yang satu kontrakan sudah mengetahui apa gerangan yang membuat Sri begitu senang hari ini. Adit telah selesai dari misi Menwa-nya (Resimen Mahasiswa) menjadi relawan, dan dikabarkan hari ini sampai di kota Padang.
Sore hari Sri nampak sangat sibuk bersiap-siap bertemu Adit malam ini. Adit pernah berkata sampai di Padang Adit akan langsung menemuinya. Hal itu disampaikan Adit sebelum berangkat ke Mentawai. Sri mempersiapkan baju terbaik yang dia punya untuk menemui Adit nanti malam. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai baju kemeja yang dia beli sebulan lalu. Sri menyetrika kemeja kotak-kotak bewarna coklat itu dengan sangat rapi dan tak lupa disemprotkannya pewangi.
Jam tujuh malam, Sri telah siap menyambut kedatangan Adit. Sri terlihat begitu memukau dengan dandanannya yang sangat sederhana. Berkali-kali dipandanginya pintu, namun sosok Adit yang ditunggu belum juga muncul. Tapi ia masih berusaha untuk tenang, dia yakin Adit masih di jalan. Jam sudah menunjukkan angka delapan, namun keberadaan Adit belum menampakkan tanda-tanda. Sri mulai cemas, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Adit seperti dalam komik percintaan yang sering dibacanya. Akhirnya, Sri memutuskan untuk menghubungi Adit.
“Halo. Lagi dimana, Dit?” tanya Sri tanpa mendengar suara orang yang mengangkat teleponnya.
“Ini Ade, Sri...” Sri terkesiap, jantungnya mulai berdebar tak karuan. “Aditnya lagi tidur. Belum bangun-bangun dari nyampe tadi,” lanjut Ade memberi penjelasan seadanya.
“Ow... Ya udah, makasih ya, De. Salam aja buat dia,” Sri langsung mematikan teleponnya. Dia kembali kecewa, ternyata Adit lupa. Tapi Sri berusaha untuk mengerti, Adit pasti capek banget. Menjadi relawan selama empat hari pasti melelahkan, belum lagi perjalanan laut yang membuat pusing kepala.
Namun kemudian, selalu ada rintangan. Adit benar-benar susah untuk ditemui. Hujan yang mengguyur kota Padang, memang menjadi alasan paling masuk akal, kenapa Adit tak kunjung menampakkan muka di depan rumah. Pernah suatu kali Sri ingin bertemu Adit di kampus karena mereka satu kampus tapi beda fakultas. Adit tetap tak bisa ditemui. SMS Sri sering tak di balas. Kalau Sri menelepon, bisa di pastikan Adit selalu dalam keadaan sangat sibuk. Sri kuliah di fakultas sastra, sedangkan Adit kuliah di fakultas teknologi pertanian. Adit selalu disibukkan dengan laporan yang menumpuk dan harus diserahkan sebelum pratikum,selain itu Adit juga menjadi asisten bengkel dan sering di sibukkan oleh proyek-proyek dari dosen,belum lagi posisi Adit di Menwa sebagai wakil provost jadi memiliki tanggung jawab lebih. Sedangkan Sri, anak sastra tanpa ada pratikum dan tentunya tak sesibuk Adit.
Bagi Sri love is understanding, Sri selalu berusaha mengerti,memahami Adit sepenuh jiwanya. Menerima semua atribut yang melekat padanya,termasuk sifat Adit yang sangat tergantung moody-nya. Sri tak lelah menunggu Adit setiap harinya, walaupun yang ada hanya kekecewaan saat yang di tunggu tak kunjung datang.
Penantian Sri akhirnya membuahkan hasil, Adit berdiri di depan pintu rumah dengan senyum sumringahnya. Sri benar-benar sangat girang dibuatnya. Sorot kebahagia’an nampak jelas dari kedua bola matanya yang bulat. Sebuah senyuman kebahagiaan terlukis jelas di kanvas wajahnya. Senyuman yang sempat hilang. Kini Seakan-akan senyuman itu abadi untuk selamanya. Senyuman indah milik Sri, hanya milik Sri untuk Adit yang sangat dikasihaninya.
Sri dan Adit memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai Padang “Taplau”. Begitu orang Padang menyebutnya. Tempat yang telah menpersatukan banyak hati. Sri duduk sambil menyandarkan kepala di bahu Adit yang kuat. Aroma parfum Adit tercium jelas. Begitu nyaman. Layaknya orang pacaran, mereka berbagai cerita tentang banyak hal. Cita-cita, kenangan waktu kecil, kesulitan di kampus, keluarga, semuanya. Sri merasa begitu dekat dengan Adit, seakan-akan Adit menjadi darah yang mengalir di seluruh tubuhnya.
Desember, 2010...
Sebulan setelah ketemu, Adit seakan tiada berita. Setiap kali di-SMS tak pernah di balas. Sri makin gelisah dibuatnya. Setiap kali Sri menelepon, dari intonasi Adit, seakan-akan Sri hama pengganggu. Suaranya selalu kesal. Pernah suatu kali Adit berkata di telepon “orang selalu senang menerima telepon dari pacarnya. Tapi aku tidak ngerasainnya,”. Adit juga pernah berkata “Iya. Aku merasa SMS Sri kayak teror aja. Makanya gak aku balas”. Padahal Sri hanya mengirim SMS ‘Pagi,Dit. Udah bangun blum? have a nice day’.
Malam tahun baru Sri mencoba buat nelepon Adit. Tapi nomor yang dituju selalu sibuk. Sri terus berusaha, dia tak peduli nomor Adit sibuk, karena walau sibuk sebenarnya telepon itu tetap tertera di handphone sang penerima. Sri terus mencoba puluhan kali, sampai jempolnya benar-benar sangat sakit untuk di gerakkan. Sampai dia tak kuat lagi. Tak lama kemudian Adit menelepon.
“Halo. Ada apa?”
“Kok nomornya sibuk terus? Lagi nelepon siapa?”
“Temen.”
“Cewek atau cowok?”
“Cewek.”
“ow... Jadi kamu nelepon cewek dan teleponku diabaikan?”
“Iya. Udah lama gak nelepon dia. Kangen..”
“Sebenarnya perasaanmu ke aku kayak apa sih sekarang?”
“Saya tidak tahu perasaan saya pada Anda saat ini.”
Sri memutuskan komunikasi saat itu juga. Hatinya perih bagai disayat-sayat oleh sembilu. Ketika kembang api bagai bunga bermekaran berhamburan di Taplau menghiasi langit kota Padang dengan cahaya dan warna warni yang sangat mengagumkan, ketika semua orang tersenyum bahagia menyambut kedatangan tahun baru,saat itu tanpa ada yang tahu, butiran bewarna bening menganak sungai di pipi Sri yang tampak sembab. Sri tetap berusaha untuk sabar. Yang namanya hubungan takkan selalu indah seperti yang dibayangkan. Pasti akan selalu ada rintangan yang menghadang. Sri yakin hubungannya tengah di uji oleh tuhan, sekuat mana dia mampu bertahan saat berdiri di tengan kegelapan di bawah lingkaran setan,yaitu sebuah kebosanan.
Januari 2011...
Rasanya liburan begitu panjang. Rasanya tak sabar ingin bertemu dengan Adit, ingin cepat-cepat mengaplikasikan rencana yang telah di sepakati berdua, jalan-jalan kekampung halaman Adit ,pesisir selatan. Setiap malam Sri selalu membayangkan pergi jalan-jalan ke pantai bareng Adit. Menikmati indahnya pantai Pesisir Selatan, berjalan di atas butiran pasir bewarna putih, air laut bewarna biru yang begitu bening. Sri benar-benar tak sabar menunggunya, sering kali Sri tersenyum tersipu-sipu membayangkan bersandar di bahu Adit kala menikmati langit senja bewarna merah, dan sang raja siang yang perlahan-lahan turun dari singgananya.
Dengan perasaan berdebar-debar Sri menyambar telepon. Sebuah suara yang sangat dikenalnya menyahut dengan lembut. Hati Sri terasa hangat mendengar suara itu. Saat mendengarnya, Sri merasa Adit yang ia rindukan telah kembali, Adit yang dulu telah kembali. Sri benar-benar bersyukur pada Tuhan. Rasa cemasnya hilang seketika. Apa lagi saat Adit mengatakan ‘Kapan balik ke Padang? Gimana kita mau jalan-jalan ke Pesisir kalo Sri masih di kampung?’
Setelah menelepon, Sri langsung memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Raut wajahnya benar-benar bahagia. Kepada neneknya, Sri mengatakan akan kembali ke Padang hari ini untuk mendaftar ulang dan mengurus pengisian KRS (Kartu Rencana Studi).
Februari 2011....
Sudah empat hari Sri di Padang, tapi Adit tak kunjung menampakkan rupanya. Setiap hari Sri menatap pintu rumah, berharap ada suara orang mengetuk pintu. Tapi setiap kali melihat, orang itu bukan Adit, tapi orang yang mengantarkan air galon ke rumah.
Adit kembali membuat alasan, tiap kali Sri minta ketemuan di telepon. Mulai dari sibuk bikin mesin untuk pertanian, lagi main sama teman, lagi nonton. Sri benar-benar hampir gila di buatnya, tapi Sri masih berusaha untuk sabar, Sri tahu setiap hubungan pasti ada masa jenuhnya, Sri berusaha memahami itu. Setelah yakin, perasaannya telah tenang, Sri memutuskan untuk menelepon Adit. Telepon tersambung. Terdengar suara khas cowok. Adit.
“Halo. Ada apa?” tanya Adit dingin. Ciri khas Adit seperti biasa. Sri benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi ngadepin sikap Adit. Sri benar-benar lelah. Tapi Sri tetaplah gadis polos yang baru mengenal cinta. Baginya asal ada cinta, asal Adit menyayanginya, itu semua cukup. Sri bertekad akan memperjuangkannya dan bertahan dalam hubungan yang sangat menyiksa jiwanya ini. Baginya sesuatu yang diinginkan tak mudah untuk didapatkan.
“Adit, kalau Adit gak datang kesini, aku gak apa-apa kok. Aku cuma pengen tahu sebenarnya ada apa. Kenapa sikap Adit belakangan jadi aneh banget sama aku? Aku ada salah dit?” tanya Sri sungguh-sungguh.
“Gak ada apa-apa kok. Cuma pengen aneh aja!”
“Sebenarnya selama liburan ini aku udah intropeksi diri, kalau-kalau aku ada salah sama Adit. Aku ingin menjadi yang terbaik buat Adit, aku pengen berusaha buat jadi pacar yang bisa Adit banggakan. Kalau ada masalah lebih baik kita ketemu, Adit. Kita diskusikan bersama.”
“Ntar kalau ketemu pasti ngamuk, gak mau ah! Malas!”
“Perasaan Adit ke aku gimana?”
“Gak tau.”
“Ada cewek lain yang Adit suka?” tanya Sri berusaha untuk tegar. Sebuah pertanyaan yang dihindarinya selama ini. Pertanyaan yang sangat ditakutinya. Pertanyaan yang sudah bersarang di dalam jiwanya selama ini.
“Iya, ku lagi suka sama anak Medan. Satu fakultas sama aku jadi bisa ketemu tiap hari. Lagi deket.....,” kata Adit dengan intonasi gembira, tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun.
Sri hanya diam. Cuma itu yang dilakukannya. Ingin rasanya dia berteriak saat itu, menangis, meraung-raung seperti dahulu kala. Tapi itu tak dilakukannya. Semua kesabarannya selama ini tak ada gunanya karena cinta yang dia perjuangkan ternyata seperti ini. Hubungan yang selalu dia jaga dengan penuh kesetiaan berujung kecewa.
“Lho kok diam? Nangis ya? Aku gak salah kan? Setiap pertanyaan harus ada jawabannya!” Adit terus berkata-kata.
Sri masih diam membisu. Tatapannya kosong, semua memori indah mulai terlihat samar-samar. Sementara Adit mulai bercerita tentang gadis yang mulai dekat dengannya, kemungkinan saat dia jadian dengan gadis itu. Tak lupa Adit menambahkan, meminta Sri untuk mengakhiri hubungan ini.
“Ya... Ki.... ki...ta udahan. Ki...kita akhiri hubungan ini. Se...semoga bahagia..,” kata Sri dengan suara terbata-bata.
“Oh.... syukurlah. Udah ya. Bye.”
Telepon ditutup, tapi Sri terdiam disana. Dia hanya duduk menatap dinding kamar dengan tatapan yang akan membuat orang tergetar dan bisa merasakan betapa dalamnya luka membalut hatinya.
***
“Sri, kamu gak boleh kayak gini terus. Aku bosan liat kamu yang bengong kayak makhluk gak bernyawa. Walau kamu putus sama Adit, hidup akan terus berlanjut terus. Coba kamu pikirin nenekmu yang sayang banget ama kamu Sri. Nenek yang menaruh harapan besar buat cucu kesayangannya, nenek yang berjuang melawan beban hidup, demi melihat cucunya memakai baju wisuda!!!” ujar Rahmi yang mulai kesal melihat Sri yang bertingkah putus asa. Seakan hidup berakhir dengan berakhirnya hubungannya dengan Adit.
Sri menatap Rahmi dengan sebuah senyuman yang sangat dipaksakan. Dia seakan berusaha untuk tegar, supaya sahabatnya tak cemas lagi melihat kondisinya.
“Udah daftar ulang ke fakultas belum?” tanya Rahmi. Tanpa menunggu jawaban, Rahmi langsung melemparkan handuk ungu kesayangan Sri. Dengan sigap, Rahmi menarik tangan Sri dan mendorongnya ke kamar mandi.
“Cepat mandinya, kita harus buru-buru, bentar lagi fakultas tutup, dan kalau itu sampai terjadi berarti secara otomatis kita takkan terdaftar sebagai mahasisiwa semester ini, alias terpaksa B.S.S (Berhenti Studi Sementara),” teriak Rahmi dari luar.
“Iya, tahu...”
Sri mulai tampak sedikit bersemangat, Rahmi yang mengendarai motor bisa merasakan perubahan pada teman baiknya. Rahmi turut senang, sebuah senyuman tulus terukir disana. Rahmi terus mengajak Sri mengbrol sambil mengendarai motor.
Sesampainya di tikungan dekat gedung futsal, Rahmi membelokkan motor dengan cepat, tanpa diduga bus kampus yang sedang beroperasi datang dari arah yang berlawanan. Motor yang dikendarai terpental sejauh 20 km. Rahmi terlempar ke tanah di samping jalan, seketika itu langsung tak sadarkan diri, sedangkan Sri tergeletak di jalan dalam genangan hangat bewarna merah.
Supir bus dan beberapa penumpang langsung turun. Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sri tampak sangat kesakitan, nafasnya tersengal-sengal, sementara darah terus bercucuran dari sekujur tubuhnya.
Rahmi telah sadarkan diri. Dia melihat Sri yang ada di sampingnya, terbujur kaku dengan luka di sekujur tubuhnya. Dokter menggelengkan kepala menandakan Sri tak terselamatkan. Kain putih ditarik hingga menutupi kepala. Butiran bewarna bening menganak sungai di wajah Rahmi yang tergores luka, namun bukan luka luar yang menyakitkan, tapi luka hatinya yang harus menyaksikan sahabatnya dipanggil Yang Maha Kuasa.
Tak lama kemudian, keluarga Sri datang mengelilingi tubuh Sri yang terbujur kaku. Terdengar raungan yang begitu menyiksa. Duka dari keluarga yang ditinggalkan, duka dari tiang harapan yang telah hilang.
***
Rahmi masih bisa merasakan derai tawa Sri dalam kamar. Pendapat-pendapat Sri yang kritis tentang berbagai hal, mengobrol dengan Sri merupakan suatu kebahagiaan. Sri yang ceria, Sri yang usil, kini telah tiada.
Lagu Ada Band mengalun, Rahmi berusaha mencari sumber suara yang digunakan Sri dalam handphone-nya sebagai ringtone tanda ada pesan. Rahmi menemukan handphone Sri yang tertinggal di atas lemari, sebelum kecelakaan tragis itu terjadi. Sebuah pesan dari Adit. Rahmi geram bukan kepalang, buat apa manusia yang lebih kejam dari iblis itu mengirimkan SMS ke handphone Sri. Satu hal yang paling di sesali Rahmi dan yang sangat di bencinya, adalah kesabaran Sri semasa hidupnya menghadapi Adit. Padahal Adit memperlakukan Sri tak ubahnya sampah, yang di buang berkali-kali kemudian di pungut lagi. Berkali-kali Rahmi menasehati, tapi Sri tak pernah mengerti,konsep love is blind sangat berlaku pada diri Sri, bahkan sampai tuhan memanggilnya.
Rahmi penasaran sehingga dia membuka dan membaca pesan singkat itu.
Sender : 08126607xxxx
‘Q dh jdian ma dy, lupain smua ttg kt’
MANUSIA BODOH
By: Ada Band
Dahulu terasa indah Tak ingin lupakan
Bermesraan slalu jadi satu kenangan manis
Tiada yang salah…
Hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua
Ini permainkanku berulang-ulang kali
reff
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang di hempas sang ombak…
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapan kah ku harus menanggungnya
Kutukkan cinta ini
bersemayam dalam kalbu
semua kisah pasti ada akhir yang harus di laluai
begitu juga akhir kisah ini
yakinku indah
Tak ayal tingkah lakumu buatku putus asa..
Kadang akal sehat ini tak cukup membendungnya
Hanya kepedihan yang slalu datang menertawakanku
Kau belahan jiwa tega menari indah di atas tangisanku
australian culture
RELEGION AND CEREMONIES OF ABORINAL PEOPLE
Introduction
The aboriginal is the indigenous people in Australia which has religion and ceremony system. Their religion is not really different with other religion in the world. They are belief a god or gods who created everything in this universe. Indeed, they are very religious and spiritual, they are obedience with the god, and they apply their obedience by praying and ceremony.
The aboriginal is dividing in some tribe, and each tribe has different deities. They describe their image of god into the real image, and the real form, such as an animal, rock art shelter, and plant. These are representing the figure of their god. Each tribe called their duties with different language. It uses for praying, “ Wandjina” are responsible for bringing the Wet Season rains.
They belief each natural object such as, plant and animal have soul, so these can change into human life through re- incarnation of the spirit and soul. These give evidence that they do not belief Animism.
The religion and ceremony views that I will discuss are considered: ancestral being, creation period-the dreamtime, and ceremonial life. By giving this information I hope I can provide enough knowledge in learning Australian culture about the religion and ceremony in aboriginal.
Ancestral Beings
Ancestral being is using to describe all the deities in Aboriginal. According to the aborigines stories, throughout Australia.
Ancestral beings give a big impact in each aspect of their life. The impact especially in their work such as: food gathering, catching the animal and making a weapon. They get all their skill through the myth, legends of the Ancestral being.
There is some creation story that shows to the guidance of their life. The story involves the role of life and lows for Aboriginal to understand the earth. The information in the story considered: the body of songs, dances, stories and paintings for each clan or tribe and is revered during certain ceremonies.
The Creation Period – The Dreamtime
The creation period-the dreamtime is the religion of the Aboriginal. They belief the Ancestor beings was created everything like the earth, animal, plants and other. The Aboriginal has some words varies for this “Creation Period”. Each place in particular area has their words for this “Creation Period”. For example, it is known as Alcheringa (Aldjuringa) amongst the Aranda of Central Australia, as Lalai in the Kimberley, and as Nayuhyungki amongst the Kunwinjku (Gunwinggu) east of Kakadu National Park.
The Aboriginal people belief that dream was related to their life which was transformed back into that ancestral time. The dream relates to the Creation Period that guide people to more understanding “the dreamtime” of creation their religion. In mythology the dreams reference to the Creation Period.
The Creation Period or Dreamtime has many impact of all aspect in Aboriginal life and culture. The Aboriginal people take a lesson through the story of the Creation Period deities, animals, plants, and other beings. This story gives some guidance to do some ceremony and sacred ritual, song and dances. It is the ritual when an adolescent progress to their new life to be adult.
The ceremony
Today, the aboriginal people who life in some remote parts of Australia doing this ceremony or ritual in order to ensure a supply of plant and animal foods. The aboriginal people do some rituals to the Ancestral beings to ensure food or ask the rain.
There are three famous ceremonies or rituals that often still occur in remote Australia. The story considered: initiation of boys and girls, and Funeral ceremonies.
• initiation of boys and girls
This ceremony or rituals refers to the boys or girls that progress into the adulthood. They do this ceremony for weeks. There are many activities during the ceremony. The activity include: display body decoration, song that relate to the Ancestral being, and storytelling. Some of this activity allowed for women or children to see and hear, but other ceremony are closed. It is just for initiation of boys and girls that follow the ceremony.
The Funeral ceremony
Another ceremonies in aboriginal tribes, is the Funeral ceremonies. There are many traditional methods of dealing with corpses, including burial, cremation, exposure on tree platforms, interment inside a tree or hollow log. This ceremony is present on the death a person. The Aboriginal people doing some series rituals like dances and songs to the person’s spirit leaves the area and return to the re-carnation. The burial practice is difference in each places in Australia, but each the ritual always exist. How about the burial? There are two steps of burial in aboriginal funeral ceremony.
The first burial is, take a corpse in to the wooden platform to make the flesh separate from the bones after several months. The second step, the bones will be painting in to red ochre. The relative allowed carrying their relative’s portion bones and saving the bones in the cave or hollow. The hollow log can save the corpse from terminates or insect.
Conclusion
CONCLUSION
The religion and ceremony give a more knowledge about the aboriginal culture especially in religion and ceremony system that still exist in remote Australia. The information of the reli Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
And ceremony in Australia can accommodate to learn in Australian culture. The religion gives information of Aboriginal religion such as, Creation Period- the dreamtime. The ceremony provides some information of the ceremony that still exist in remote Australia. Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
Aboriginal religion and ceremony in Australian can we compare with the religion and our funeral ceremony in Indonesia, even though there are not really the same. The religion and ceremony still exist today, but it is just in remote places.
I hope by this essay we can learn and get more understanding of Australian culture, especially about the Aboriginal religion and ceremony.
Introduction
The aboriginal is the indigenous people in Australia which has religion and ceremony system. Their religion is not really different with other religion in the world. They are belief a god or gods who created everything in this universe. Indeed, they are very religious and spiritual, they are obedience with the god, and they apply their obedience by praying and ceremony.
The aboriginal is dividing in some tribe, and each tribe has different deities. They describe their image of god into the real image, and the real form, such as an animal, rock art shelter, and plant. These are representing the figure of their god. Each tribe called their duties with different language. It uses for praying, “ Wandjina” are responsible for bringing the Wet Season rains.
They belief each natural object such as, plant and animal have soul, so these can change into human life through re- incarnation of the spirit and soul. These give evidence that they do not belief Animism.
The religion and ceremony views that I will discuss are considered: ancestral being, creation period-the dreamtime, and ceremonial life. By giving this information I hope I can provide enough knowledge in learning Australian culture about the religion and ceremony in aboriginal.
Ancestral Beings
Ancestral being is using to describe all the deities in Aboriginal. According to the aborigines stories, throughout Australia.
Ancestral beings give a big impact in each aspect of their life. The impact especially in their work such as: food gathering, catching the animal and making a weapon. They get all their skill through the myth, legends of the Ancestral being.
There is some creation story that shows to the guidance of their life. The story involves the role of life and lows for Aboriginal to understand the earth. The information in the story considered: the body of songs, dances, stories and paintings for each clan or tribe and is revered during certain ceremonies.
The Creation Period – The Dreamtime
The creation period-the dreamtime is the religion of the Aboriginal. They belief the Ancestor beings was created everything like the earth, animal, plants and other. The Aboriginal has some words varies for this “Creation Period”. Each place in particular area has their words for this “Creation Period”. For example, it is known as Alcheringa (Aldjuringa) amongst the Aranda of Central Australia, as Lalai in the Kimberley, and as Nayuhyungki amongst the Kunwinjku (Gunwinggu) east of Kakadu National Park.
The Aboriginal people belief that dream was related to their life which was transformed back into that ancestral time. The dream relates to the Creation Period that guide people to more understanding “the dreamtime” of creation their religion. In mythology the dreams reference to the Creation Period.
The Creation Period or Dreamtime has many impact of all aspect in Aboriginal life and culture. The Aboriginal people take a lesson through the story of the Creation Period deities, animals, plants, and other beings. This story gives some guidance to do some ceremony and sacred ritual, song and dances. It is the ritual when an adolescent progress to their new life to be adult.
The ceremony
Today, the aboriginal people who life in some remote parts of Australia doing this ceremony or ritual in order to ensure a supply of plant and animal foods. The aboriginal people do some rituals to the Ancestral beings to ensure food or ask the rain.
There are three famous ceremonies or rituals that often still occur in remote Australia. The story considered: initiation of boys and girls, and Funeral ceremonies.
• initiation of boys and girls
This ceremony or rituals refers to the boys or girls that progress into the adulthood. They do this ceremony for weeks. There are many activities during the ceremony. The activity include: display body decoration, song that relate to the Ancestral being, and storytelling. Some of this activity allowed for women or children to see and hear, but other ceremony are closed. It is just for initiation of boys and girls that follow the ceremony.
The Funeral ceremony
Another ceremonies in aboriginal tribes, is the Funeral ceremonies. There are many traditional methods of dealing with corpses, including burial, cremation, exposure on tree platforms, interment inside a tree or hollow log. This ceremony is present on the death a person. The Aboriginal people doing some series rituals like dances and songs to the person’s spirit leaves the area and return to the re-carnation. The burial practice is difference in each places in Australia, but each the ritual always exist. How about the burial? There are two steps of burial in aboriginal funeral ceremony.
The first burial is, take a corpse in to the wooden platform to make the flesh separate from the bones after several months. The second step, the bones will be painting in to red ochre. The relative allowed carrying their relative’s portion bones and saving the bones in the cave or hollow. The hollow log can save the corpse from terminates or insect.
Conclusion
CONCLUSION
The religion and ceremony give a more knowledge about the aboriginal culture especially in religion and ceremony system that still exist in remote Australia. The information of the reli Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
And ceremony in Australia can accommodate to learn in Australian culture. The religion gives information of Aboriginal religion such as, Creation Period- the dreamtime. The ceremony provides some information of the ceremony that still exist in remote Australia. Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
Aboriginal religion and ceremony in Australian can we compare with the religion and our funeral ceremony in Indonesia, even though there are not really the same. The religion and ceremony still exist today, but it is just in remote places.
I hope by this essay we can learn and get more understanding of Australian culture, especially about the Aboriginal religion and ceremony.
Psychoanalytical criticism
INTRUDUCTION
The theory of Psychoanalytic literary criticism is branch of theory of literature that we discuss on this paper will provide different views in analysis literary work. Through this theory we will try to give you understanding of analysis literary work base on point of view on analysis literary work which uses Psychoanalytic literary criticism. This theory has great influenced of psychoanalysis by Sigmund Freud. It is study of human psychological functioning and behavior.
On this paper we look at the definition of theory itself to get a sense of the fundamental issues in literary work analysis. The theory that we will discuss considered: It is a literary approach where critics see the text as if it were a kind of dream. This means that the text represses its real (or latent) content behind obvious (manifest) content. The process of changing from latent to manifest content is known as the dream work, and involves operations of concentration and displacement. The critic analyzes the language and symbolism of a text to reverse the process of the dream work and arrive at the underlying latent thoughts.
Content
Psychoanalysis
Psychoanalysis is a kind of therapy type to cure deviation bounce and nerve. This is aspect which is very recognized by many people. This therapy base on psychology of dynamic (a method that emphasizing a motif and encourage to behavior).the theory is about unconscious and how to interaction by conscious mind. This is a method base on free association (a process where client given by a word, to inform the analyst all incoming idea of patient’s mind). This matter assist patient to remember depressed experience (experience repressed) so that result infecting of neurosis.
Freudian psychoanalysis refers to a specific type of treatment in which the "analysand" (analytic patient) verbalizes thoughts, including free associations, fantasies, and dreams, from which the analyst induces the unconscious conflicts causing the patient's symptoms and character problems, and interprets them for the patient to create insight for resolution of the problems.
There are two theories in psychoanalysis that also influenced the psychoanalytical theories of literature. The theories considered:
a. Topographic theory
Freud applied the theory in The Interpretation of Dreams (1900). This theory is about mental processes of the conscious and unconscious. This theory also called of the metapsychological that explain how the mind functions in classical psychoanalytic theory.
b. Structural theory
The theory describe into three parts in model of the psyche, there are id, ego and the last one superego
• The id is unconscious part of the psyche that responsible whole of our desires, fear, sex and basic impulses. The id is storehouse of the libido (the instinctive to create or the source of psychosexual energy).Freud divided the id instinct into two parts, life and death instincts. A life instinct (Eros) is the important to survival. The death instinct is our unconscious, such wish to die, struggle for more happiness. Freud mention the death instinct is our desire for peace and to go out from reality trough such as, fiction, media, and drugs.
• The ego is completely the conscious part of the psyche that organized part of the personality structure that includes defensive, perceptual, intellectual-cognitive, and executive functions. Conscious awareness resides in the ego, although not all of the operations of the ego are conscious. The ego separates what is real. It helps us to organize our thoughts and make sense of them and the world around us. The ego is mediator the id and superego to the external world or reality. It is making balance between conscious and unconscious.
• The Super-ego works in contradiction to the id. The Super-ego strives to act in a socially appropriate manner, whereas the id just wants instant self-gratification. The Super-ego controls our sense of right and wrong and guilt. It helps us fit into society by getting us to act in socially acceptable ways
Psychoanalytic Approaches
All psychoanalytic approaches to literature have one thing in common—the critics begin with a full psychological theory of how and why people behave as they do, a theory that has been developed by a psychologist/psychiatrist/psychoanalyst outside of the realm of literature, and they apply this psychological theory as a standard to interpret and evaluate a literary work.
Because psychoanalytic theories have been developed outside the realm of literature, they are not tied to a specific aesthetic theory and are frequently coupled with other schools of literary criticism (e.g., feminist psychoanalytic criticism, reader-response psychoanalytic criticism, etc.).
Psychoanalytic literary criticism can focus on one or more of the following:
• the author: the theory is used to analyze the author and his/her life, and the literary work is seen to supply evidence for this analysis. This is often called "psychobiography."
• the characters: the theory is used to analyze one or more of the characters; the psychological theory becomes a tool that to explain the characters’ behavior and motivations. The more closely the theory seems to apply to the characters, the more realistic the work appears.
• the audience: the theory is used to explain the appeal of the work for those who read it; the work is seen to embody universal human psychological processes and motivations, to which the readers respond more or less unconsciously.
• the text: the theory is used to analyze the role of language and symbolism in the work.
Psychoanalytic Criticism
Psychoanalytic criticism adopts the methods of "reading" employed by Freud and later theorists to interpret texts. It argues that literary texts, like dreams, express the secret unconscious desires and anxieties of the author, that a literary work is a manifestation of the author's own neuroses. One may psychoanalyze a particular character within a literary work, but it is usually assumed that all such characters are projections of the author's psyche.
One interesting facet of this approach is that it validates the importance of literature, as it is built on a literary key for the decoding. Freud himself wrote, "The dream-thoughts which we first come across as we proceed with our analysis often strike us by the unusual form in which they are expressed; they are not clothed in the prosaic language usually employed by our thoughts, but are on the contrary represented symbolically by means of similes and metaphors, in images resembling those of poetic speech" (26).
Like psychoanalysis itself, this critical endeavor seeks evidence of unresolved emotions, psychological conflicts, guilt, ambivalences, and so forth within what may well be a disunities literary work. The author's own childhood traumas, family life, sexual conflicts, fixations, and such will be traceable within the behavior of the characters in the literary work. But psychological material will be expressed indirectly, disguised, or encoded (as in dreams) through principles such as "symbolism" (the repressed object represented in disguise), "condensation" (several thoughts or persons represented in a single image), and "displacement" (anxiety located onto another image by means of association).
Despite the importance of the author here, psychoanalytic criticism is similar to New Criticism in not concerning itself with "what the author intended." But what the author never intended (that is, repressed) is sought. The unconscious material has been distorted by the censoring conscious mind.
The theory of Psychoanalytic literary criticism is branch of theory of literature that we discuss on this paper will provide different views in analysis literary work. Through this theory we will try to give you understanding of analysis literary work base on point of view on analysis literary work which uses Psychoanalytic literary criticism. This theory has great influenced of psychoanalysis by Sigmund Freud. It is study of human psychological functioning and behavior.
On this paper we look at the definition of theory itself to get a sense of the fundamental issues in literary work analysis. The theory that we will discuss considered: It is a literary approach where critics see the text as if it were a kind of dream. This means that the text represses its real (or latent) content behind obvious (manifest) content. The process of changing from latent to manifest content is known as the dream work, and involves operations of concentration and displacement. The critic analyzes the language and symbolism of a text to reverse the process of the dream work and arrive at the underlying latent thoughts.
Content
Psychoanalysis
Psychoanalysis is a kind of therapy type to cure deviation bounce and nerve. This is aspect which is very recognized by many people. This therapy base on psychology of dynamic (a method that emphasizing a motif and encourage to behavior).the theory is about unconscious and how to interaction by conscious mind. This is a method base on free association (a process where client given by a word, to inform the analyst all incoming idea of patient’s mind). This matter assist patient to remember depressed experience (experience repressed) so that result infecting of neurosis.
Freudian psychoanalysis refers to a specific type of treatment in which the "analysand" (analytic patient) verbalizes thoughts, including free associations, fantasies, and dreams, from which the analyst induces the unconscious conflicts causing the patient's symptoms and character problems, and interprets them for the patient to create insight for resolution of the problems.
There are two theories in psychoanalysis that also influenced the psychoanalytical theories of literature. The theories considered:
a. Topographic theory
Freud applied the theory in The Interpretation of Dreams (1900). This theory is about mental processes of the conscious and unconscious. This theory also called of the metapsychological that explain how the mind functions in classical psychoanalytic theory.
b. Structural theory
The theory describe into three parts in model of the psyche, there are id, ego and the last one superego
• The id is unconscious part of the psyche that responsible whole of our desires, fear, sex and basic impulses. The id is storehouse of the libido (the instinctive to create or the source of psychosexual energy).Freud divided the id instinct into two parts, life and death instincts. A life instinct (Eros) is the important to survival. The death instinct is our unconscious, such wish to die, struggle for more happiness. Freud mention the death instinct is our desire for peace and to go out from reality trough such as, fiction, media, and drugs.
• The ego is completely the conscious part of the psyche that organized part of the personality structure that includes defensive, perceptual, intellectual-cognitive, and executive functions. Conscious awareness resides in the ego, although not all of the operations of the ego are conscious. The ego separates what is real. It helps us to organize our thoughts and make sense of them and the world around us. The ego is mediator the id and superego to the external world or reality. It is making balance between conscious and unconscious.
• The Super-ego works in contradiction to the id. The Super-ego strives to act in a socially appropriate manner, whereas the id just wants instant self-gratification. The Super-ego controls our sense of right and wrong and guilt. It helps us fit into society by getting us to act in socially acceptable ways
Psychoanalytic Approaches
All psychoanalytic approaches to literature have one thing in common—the critics begin with a full psychological theory of how and why people behave as they do, a theory that has been developed by a psychologist/psychiatrist/psychoanalyst outside of the realm of literature, and they apply this psychological theory as a standard to interpret and evaluate a literary work.
Because psychoanalytic theories have been developed outside the realm of literature, they are not tied to a specific aesthetic theory and are frequently coupled with other schools of literary criticism (e.g., feminist psychoanalytic criticism, reader-response psychoanalytic criticism, etc.).
Psychoanalytic literary criticism can focus on one or more of the following:
• the author: the theory is used to analyze the author and his/her life, and the literary work is seen to supply evidence for this analysis. This is often called "psychobiography."
• the characters: the theory is used to analyze one or more of the characters; the psychological theory becomes a tool that to explain the characters’ behavior and motivations. The more closely the theory seems to apply to the characters, the more realistic the work appears.
• the audience: the theory is used to explain the appeal of the work for those who read it; the work is seen to embody universal human psychological processes and motivations, to which the readers respond more or less unconsciously.
• the text: the theory is used to analyze the role of language and symbolism in the work.
Psychoanalytic Criticism
Psychoanalytic criticism adopts the methods of "reading" employed by Freud and later theorists to interpret texts. It argues that literary texts, like dreams, express the secret unconscious desires and anxieties of the author, that a literary work is a manifestation of the author's own neuroses. One may psychoanalyze a particular character within a literary work, but it is usually assumed that all such characters are projections of the author's psyche.
One interesting facet of this approach is that it validates the importance of literature, as it is built on a literary key for the decoding. Freud himself wrote, "The dream-thoughts which we first come across as we proceed with our analysis often strike us by the unusual form in which they are expressed; they are not clothed in the prosaic language usually employed by our thoughts, but are on the contrary represented symbolically by means of similes and metaphors, in images resembling those of poetic speech" (26).
Like psychoanalysis itself, this critical endeavor seeks evidence of unresolved emotions, psychological conflicts, guilt, ambivalences, and so forth within what may well be a disunities literary work. The author's own childhood traumas, family life, sexual conflicts, fixations, and such will be traceable within the behavior of the characters in the literary work. But psychological material will be expressed indirectly, disguised, or encoded (as in dreams) through principles such as "symbolism" (the repressed object represented in disguise), "condensation" (several thoughts or persons represented in a single image), and "displacement" (anxiety located onto another image by means of association).
Despite the importance of the author here, psychoanalytic criticism is similar to New Criticism in not concerning itself with "what the author intended." But what the author never intended (that is, repressed) is sought. The unconscious material has been distorted by the censoring conscious mind.
Langganan:
Postingan (Atom)