Mengenai Saya

Foto saya
pintar,loyal, easy going

Jumat, 02 Desember 2011

RELASI WACANA DAN KEKUASAAN

RELASI WACANA DAN KEKUASAAN DALAM NOVEL “SILENT HONOR” YANG BERORIENTASI DALAM PENGKISAN IDENTITAS DAN KEBUDAYAAN JEPANG
Marliza Rahma Yuli
0810731007

Pendahuluan

Makalah ini akan membahas wacana dan kekuasaan yang ada dalam novel Silent Honor yang berorientasi ke arah pengikisan identitas mereka sebagai orang Jepang, yang dipaparkan dengan sangat jelas dalam bentuk wacana.
Wacana dan kekuasaan mempunyai hubungan yang sangat kuat. Wacana merupakan alat yang diproduksi oleh kekuasaan untuk melestarikan kekuasaannya dan menanamkan ideologi kekuasaan kedalam pikiran masyarakat. tidak hanya itu, wacana juga berperan aktif dalam menyebarkan kebudayaan, menindas budaya yang lemah. Sehingga kebudayaan tersebut menjadi termarginalkan dan dianggap sebagai suatu penyimpangan. baik sadar maupun tidak sadar. Orang-orang ini mulai mengikuti ideologi-ideologi dan budaya yang tersebar pada saat itu. Hal ini akan menyebabkan hilangnya identitas mereka sebagai orang Jepang dan memotong habis budaya Jepang.

RELASI WACANA DAN KEKUASAAN
Michel Foucault menyatakan dalam bukunya yang berjudul History of Sexuality :
“Wacana menyebarkan dan memproduksi kekuasaan. Keduanya saling menguatkan”(101)

Novel Silent Honor adalah novel yang mempertontonkan praktek-praktek wacana anti Jepang. wacana menjadi alat bagi kekuasaan dalam memproduksi ideologi-ideologi dan kebudayaan yang membuat kebudayaan Jepang semakin termarjinalkan dan memperkuat ke eksistensian kekuasaan.
Salah satu contoh karya sastra yang mempertontonkan praktek-praktek wacana adalah novel dari Danielle Steele, Silent Honor yang mengisahkan pandangan-pandangan negatif tehadap orang Jepang saat perang dunia berlangsung, dimana tingkat kebencian terhadap orang Jepang pada saat itu melanda orang-orang Amerika yang sangat dendam terhadap pemboman Pearl Harbor yang memakan korban ribuan orang.
Novel ini berawal dari orang Jepang yang bernama Masao, yang tetarik terhadap pandangan-pandangan dunia barat. Dia berfikir orang Jepang harus mengikuti cara berfikir dunia barat yang lebih modern, kemudian dia mulai menyebarkan ideologi-ideologi tersebut ke istrinya yang sangat kental kebudayaan jepangnya serta anak-anaknya. Tidak hanya itu, Masao juga mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anaknya dan berkmunikasi dengan bahasa Inggris. Masao juga mengirim anaknya, Hiroko ke Calfornia. Supaya Hiroko lebih membuka pikirannya terhadap dunia baru di luar sana.
Dalam hal ini, kharakter Masao terpengaruh oleh ideologi-ideologi dan kebudayaan dunia barat yang tersebar luas di dunia saat itu. Dimana dunia barat menduduki negara-negara di beberapa benua, termasuk Asia Timur. Mereka menyebarkan ideologi-ideologi kenegara tersebut.melalui buku dan sebagainya.

Setelah sampai di Calfornia, Hiroko sangat terkejut melihat keluarga paman Tak yang sangat Amerika. Mereka tidak berbicara bahasa Jepang, tidak memakai kimono, tidak memasak makanan Jepang, dan lebih lanjutnya mereka berfikir California adalah negaranya. Ketika Hiroko berpakaian kimono dan membunguk untuk menunjukkan rasa hormat, mereka melihat Hiroko dengan pandangan aneh.
Masalah berlanjut ketika hiroko masuk bangku kuliah, dia mengalami diskriminasi dalam lingkungan sekolah karena orang Jepang dianggap berasal dari kelas bawah yang setara dengan pelayan.
“sama. tapi rupanya sama sekali tak terpikir oleh ayahku bersama siapa aku akan sekolah,”tukasn Anne kasar. Ia memang cantik, tapi manja, dan ia menyimpan segala prasangka seperti yang dianut kalangannya terhadap orang timur. dalam benaknya, semua orang Jepang adalah pelayan dan jauh di bawah kedudukannya.”(81)

“bagi hiroko ini sesuatu yang baru dan ia tidak memahaminya. Tapi hari itu ia merasakan sambutan yang sama dinginnya dari teman-temanya yang lain. Tak seorang pun tampaknya ingin melibatkan dirinya. bahkan sharon, yang awalnya amat hangat kepadanya, tak sudi pergi keruang makan bersamanya, atau menawarkan Hiroko untuk duduk disebelahnya, meskipun mereka mengambil banyak mata kuliah yang sama.”(81)

Hiroko sangat kaget dengan semua perlakuan teman-temanya, dia tidak merasa melakukan suatu kesalahan tapi kenapa dia sangat dibenci, orang-orang tak mau bicara padanya. Ketika Hiroko menanyakan kepada Reiko, ternyata hal tersebut sangat lumrah. Semua ini merupakan pandangan-pandangan negatif terhadap orang Jepang, prasangka buruk yang selalu ada di Amerika.
“kecongkakan, rasialisme, dan prasangka. sepertinya Miss Spencer menganggap diriya terlalu penting untuk sekamar denganmu, dan gadis yang satu lagi mungkin berpikiran serupa tapi tidak mau mengakui.”(82)

Suasana dalam novel ini semakin memanas ketika Pearl Harbor dibom oleh pemerintah Jepang. Orang-orang Jepang yang tinggal di California menjadi objek kebencian orang Amerika saat itu.
Pada saat itu wacana-wacana anti Jepang semakin banyak bermunculan. Orang Jepang mendadak menjelma menjadi musuh Amerika.
“Pada tanggal 29 desember, semua “musuh asing” di wilayah-wilayah negara bagian barat diperintahkan untuk menyerahkan “barang-barang gelap” mereka, yang meliputi pesawat-pesawat radio gelombang pendek, segala jenis kamera, teropong, atau senjata. satu-satunya masalah yang membingungkan ialah istilah “musuh asing” yang tentunya mengacu pada warga jepang. namun rupanya istilah itu ternyata dimaksudkan bagi semua keturunan jepang, baik warga negara maupun asing.”(123)

Beberapa kharakter di dalam novel ini mengalami dampak dari kebencian ini. Reiko yang tidak diizinkan lagi bekerja di rumah sakit, karena para pasien tidak mau dirawat oleh orang keturunan Jepang. Tak yang diturunkan dari jabatannya dan kemudian dipecat jadi guru besar politik. Hiroko yang semakin dikucilkan di kampusnya. Hiroko dipindahkan kamarnya ke sebuah gudang yang sangat lembab dan tidak memiliki pencahayaan, dan disana Hiroko mengalami penganiayaan, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk bertahan tinggal di sekolahnya.
“ Hiroko mendorong pintu itu sekuat tenaga. bau busuk menyergapnya, dan ketika pintu benar-benar terbuka sebuah ember berisi cat merah meninpanya dan memercik kesegala arah. ia nyaris tak dapat bernapas. ia menangis dan berusaha melancarkan napasnya, ketika tampak olehnya barang-barang miliknya ditebar kesagala penjuru. dan seseorang menggunakan sisa cat merah untuk menuliskan kata-kata JAP, PULANG! dan ENYAH DARI SINI di seluruh dinding kamarnya, tapi yang paling keterlaluan adalah bangkai kucing yang mereka letakkan di tempat tidurnya. kucing itu rupanya sudah lama mati, bahkan sudah dikerumuni belatung”(136)
PENGIKISAN IDENTITAS DAN KEBUDAYAAN
Selama perang dunia dua ini, orang-orang yang berpernampilan seperti orang Jepang akan dapat masalah. Untuk mencegah hal itu, paman Tak menyuruh Hiroko untuk selalu berbicara bahasa inggris dan tidak boleh melakukan sesuatu yang akan mengidentifikasikan dia sebagai orang Jepang.
“No kimonos, no bowing, no foreign terms, no speaking Japanese in
public.”(p.194)

Sementara untuk keluarga paman Tak, mereka merasa dikhianati oleh negara yang mereka cintai. Mereka harus menjual semua properti mereka dan kemudian mereka di relokasi kesebuah kamp dan hanya di bolehkan membawa barang dalam jumlah yang sangat sedikit.
Saat inilah muncul pengikisan identitas yang diaalami oleh orang-orang Jepang, dimana mereka tidak lagi mengetahui siapa diri mereka, apakah mereka orang Jepang atau orang Amerika. jika mereka dikatakan orang Jepang, mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang Jepang, karena mereka lahir dan dibesarkan di Amerika. Sedangkan Amerika yang membesarkan mereka malah memposisikan mereka sebagai musuh. Hal ini memunculkan golongan anak muda yang menyebut diri mereka pemuda No-No, yaitu golongan yang merasa dikhianati oleh Amerika dan berbalik memperontak dan membuat kerusuhan di kamp tersebut.


Didalam novel ini, bisa kita lihat bagaimana Steelle menggambarkan pandangan-pandangan negatif terhadap orang Jepang secara regular dalam bentuk wacana. menurut Michel Foucault
“ Wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kancah relasi kekuasaan’(hal.102).
Wacana dan kekuasaan mempunyai hubungan yang sangat kuat, dimana wacana dijadikan “element taktis” atau alat yang dijadikan oleh penguasa dalam menyebarkan ideologi-ideologi dan kultural, seperti fenomena yang terjadi dalam novel ini. di dalam novel ini ideologi-ideologi dan kultural tersebut di distribuskan melalaui beberapa kharakter. Masao yang mengajarkan ideologi-ideologi dunia barat kepada anaknya, paman Tak yang membuat Hiroko mengikuti kebudayaan barat dan menjadikan Hiroko menjadi sangat Amerika. Paman Tak adalah kharakter yang memotong habis kebudayaan Jepang, dengan meminta Hiroko untuk tidak menunduk kepada orang-orang, tidak membolehkan Hiroko memanggilnya dengan akhiran “san”, karena dia merasa itu sudah tak perlu dan tidak membolehkan Hiroko menggunakan bahasa Jepang terutama di depan umum.
Selain itu hampir semua kharakter di dalam novel ini mengalami masalah identitas terutama saat pengeboman Pearl Harbor. Ken, Reiko, Selly, dan Tami yang tidak mengetahui kebudayaan Jepang sama sekali dan hanya mengetahui kebudayaan Amerika karena mereka lahir dan dibesarkan di Amerika. Sementara peristiwa pemboman Pearl Harbor ini menjadikan mereka dimusuhi di negara tempat mereka lahir. Hal ini membuat mereka mengalami masalah identitas. Mereka sudah tidak mengetahui lagi apakah mereka orang Jepang atau orang orang Amerika, dan kearah mana kesetiaan mereka akan diberikan.
Wacana anti Jepang yang dihadirkan di dalam novel ini sangatlah strategis. Bagaimana ideologi-ideologi dan kebudayaan barat menghegomoni orang-orang Jepang dari berbagai macam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan tersebut meliputi ; hukum, lingkungan pendidikan, media, dan masyarakat.
Dampak negatif dari wacana ini adalah hampir semua kharakter dalam novel ini mengalami pengikisan identitas dan pengikisan kultural. Hal ini terjadi, karena wacana anti Japaness yang systematis.


KESIMPULAN
Wacana dan kekuasaan tak dapat dipisahkan. Antara wacana dan kekuasaan memiliki hubungan timbal balik yang sangat kuat. Dimana wacana dijadikan alat dalam menyebarkan ideologi-ideologi kekuasaan dan kebudayaan. Novel Silent Honor adalah salah satu contoh nyata bagaimana wacana anti Jepangdi produksi dengan sangat nyata.











DAFTAR PUSTAKA
Foucault, Michel, History of Sexuality. Pantheon Books, New York. 1976
Steel, Danielle, Silent Honor. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

Rabu, 18 Mei 2011

RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)

RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)
“ALAHAN SEGAR”

SUPPLIER SAYUR-SAYURAN MURAH DAN BERKUALITAS




Oleh
ADE SAPITRA (0810851009)
MARLIZA RAHMA YULI (0810731007)


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
LEMBAR PERSETUJUAN







Diketahui
Ketua Jurusan Sastra Inggris
Fakultas Sastra



EVA NAJMA, M.Hum
NIP …………...………..
Padang, 15 April 2011
KetuaPelaksana




ADE SAPITRA
No BP 0810851009

Anggota


MARLIZA RAHMA YULI
No. BP 0810731007





PROFIL BISNIS
Nama toko : ALAHAN SEGAR
Bidang Usaha : Supplier sayur-sayuran murah dan berkualitas
Identitas Pemilik : Milik kelompok
Alamat Toko : Pasar Tarandam, Kelurahan Ranting Parak Gadang
Kecamatan Padang Timur, Padang
IDENTITAS PEMILIK:
Nama
No BP
Fakultas
Alamat

No Hp
E-mail
: Ade Sapitra
: 0810851009
:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: Kelurahan Ranting Parak Gadang No. 11,
Kecamatan Padang Timur, Padang
: 081266028265
: ade_sapitra@ymail.com

Anggota
No. BP
Fakultas
Alamat

No. Hp
E-mail
: 1. Marliza Rahma Yuli (0810731007)
: 0810731007
: Sastra
: Jalan Tunggang No 2a, Kecamatan Kuranji
Padang
: 085274528260
:swe3ty_02@yahoo.co.id







EXECUTIVE SUMMARY
Alahan Segar merupakan sebuah nama toko yang kami rancang sendiri, “alahan” yang berarti tempat atau lokasi sumber sayur-sayuran segar yang akan kami jual, sedangkan “segar” berari kualitas sayur-sayuran yang masih segar kerena kami langsung memberli dan menyangkut sayur-sayuran langsung dari kebun petani di Alahan Panjang, Kecamatan Danau Kembar, Solok, Sumatera Barat.
Penyediaan sayur-sayuran segar akan diimpor dari produsennya langsung, dari desa alahan panjang, kab.Danau Kembar, Solok. Supplyer sayur-sayuran menawarkan sayur yang masih segar dengan harga yang kompetitif dan dijamin lebih murah karena “tanpa perantara” kepada masyarakat kota padang.
Supplier menawarkan sayur-sayuran. Seperti : tomat, wortel, bawang merah, bawang putih, bawang prei, terong, kacang buncis, terong pirus. Tidak hanya segar, tapi sayur-sayuran tersebut juga memiliki kualitas yang tinggi. Ditambah lagi karena berdasarkan dari Solok, maka kami juga menyediakan beras Solok asli.
Supplyer sayur-sayuran pertamanya akan dibuka dipasar tradisional (pasar tarandam) kota padang. Tempatnya berada dipusat kota padang. Peluang supplier sayur-sayuran masih terbuka lebar, karena permintaan yang sangat banyak dari para konsumen, target konsumen kami adalah ibuk-ibuk RT karena merupakan peluang terbesar. Hal ini disebabkan karena ibuk-ibuk tersebut selalu memasak setiap harinya dan pastinya sangat membutuhkan barang-barang yang kami jual.Para pesaing juga tidak terlalu banyak, bahkan belum ada pesaing dari pastai besar (distributor tunggal). Selain itu kami juga menawarkan harga yang lebih murah dari pada supplier yang lain. Hal ini mampu kami lakukan karena distribusi yang kami lakukan tanpa perantara (distribusi langsung dari petani menuju pasar). Sayur-sayuran itu sendiri merupakan kebutuhan pokok masyarakat, karena sayur-sayuran yang berkualitas sudah menjadi kebutuhan dalam rangka memenuhi gizi dan vitamin bagi tubuh manusia.
Elemen elemen yang ditawarkan yang membedakan antara Supplier sayur-sayuran kami dengan para supplyer lainnya adalah :

1. Harga lebih murah
2. Kualitas yang bagus (masih segar)
3. Metode pemasaran yang unik
4. Lokasi yang strategis
5. Pelayanan yang bersahabat

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayur mayur merupakan jenis makanan penting bagi manusia untuk menjaga kesehatan. Sayuran hijau seperti tomat, daun selada, bayam, buncis, kangkung, daun dan yang lainnya ternyata memiliki beragam manfaat kesehatan.
Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak. Selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas.
Alahan Panjang merupakan salah satu daerah penghasil sayur mayur terbaik di sumatera barat dengan hasil pertanian seperti petani kentang, sayur, cabe, ubi, jagung, dan tomat, sehingga menjadi potensi besar bagi pihak yang memberdayakan potensi daerah ini.
Bisnis ini berawal dari kesempatan yang dilihat di lapangan yaitu:

1. Permintaan akan sayur-sayuran segar yang terus meningkat
2. Para supplier lain tidak mampu memenuhi permintaan konsumen yang terus bertingkat
3. Sedikitnya para supplier yang tidak terlalu paham akan kualitas sayur-sayuran yang berkualitas

B. Tujuan
Tujuan dari bisnis ini adalah untuk mengambil kesempatan yang ada dari penyediaan sayur-sayuran segar dan berkualitas bagi masyarakat kota padang . manfaat jika bisnis ini didirikan adalah:
1. Masyarakat bisa menghemat pengeluaran, karna harga sayur-sayuran yang relatif lebih murah.
2. Membantu penyediaan sayur-sayuran segar dan berkualitas bagi masyarakat kota padang
3. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar atau kepada mahasiswa yang masih kuliah di tahun akhir dengan menjadikan mereka sebagai rekan kerja.

PEMBAHASAN
A. PRODUK
a. Jenis produk yang dihasilkan
Jenis produk yang dihasilkan adalah sayur-sayuran segar, seperti : tomat, kentang, terong, cabe, wortel, buncis, bawang merah, bawang prei, terong pirus, alvokad, sawi, kol, dan beras solok.

b. Keunggulan produk
Sayur-sayuran ini masih segar, karna kami langsung memasok dari produsennya. Cabenya memiliki rasa yang lebih pedas, bawang merahnya lebih besar, berasnya memiliki rasa yang manis, harum, dan warnanya lebih putih, wortelnya besar dan tidak bercabang, tomatnya lebih besar dan tidak cepat busuk.

B. ASPEK PRODUKSI
a. Sarana produksi dan sarana pendukung yang dimiliki
1. Sarana produksi

No
Sarana produksi Harga (Rp/tahun)
1 Gedung/toko Rp. 8.000.000
2 Meja Rp. 750.000
3 Karung Rp. 250.000
4 Timbangan Rp. 500.000
5 Wadah dari rotan Rp. 250.000
6 Lain-lain (kondisional) Rp. 500.000

Jumlah Rp.10.250.000

2. Sarana pendukung

No Sarana pendukung
Harga (Rp/hari)
1 Mobil L-300 (pick-up) Rp. 300.000


b. Sumber bahan baku
Sayur-sayuran ini kami pasok dari desa Wisata, Simp. 4 Alahan Panjang, Kab. Solok, Sumatra Barat.

c. Cara memperoleh
Sayur-sayuran ini dibeli langsung dari petani Alahan Panjang, kemudian diangkut menggunakan mobil L.300 dengan harga sewa mobil sebesar Rp. 300.000/ 1 kali angkutan.

d. Jumlah tenaga kerja dan keahlian yang dimiliki

No
Jenis pekerjaan Jumlah TK
(OH/bln ) Jumlah upah
(Rp/bln)
1 Manajer produksi 1 ----------------
2 Manajer keuangan 1 ----------------
3 Manejer pemasaran 1 Rp 800.000
4 Manajer distribusi 1 Rp 600.000
5 Kuli angkut 1 Rp 500.000
Jumlah Rp. 1.900.000

e. Jumlah kapasitas produk


No Nama produk perminggu Perbulan
1 Wortel 200 kg 800 kg
2 Bawang merah 50 kg 200 kg
3 Bawang prei 100 kg 400 kg
4 Kol 350 kg 1.400 kg
5 Sawi 200 kg 800 kg
6 Buncis 200 kg 800 kg
7 Terong pirus 50 kg 200 kg
8 Alvokad 300 kg 1.200kg
9 Terong 150 kg 600 kg
10 Kentang 350 kg 1.400 kg
11 Tomat 150 kg 600 kg
12 Beras 125 kg 500 kg

C. ASPEK PEMASARAN

1. Gambaran Pasar

a. Jenis produk yang ditawarkan sayur-sayuran segar berkualitas.
b. Kharesteristik produk : bawang merah, wortel, buncis, bawang prei, terong, terong pirus, sawi, kol.
c. Segmen khusus kita adalah masyarakat kota padang.
d. Sarana yang dipergunakan untuk pemasaran ini adalah dengan agen. Sedangkan tranportasi untuk jemput-sayur-sayuran dari desa produsen dengan menggunakan tru
2. Lokasi dan area pemasaran

 Kami memilih lokasi pasar tarandam, padang, alasan kami memilih tempat tersbut adalah :
a. Lokasi strategis
b. Pasarnya setiap hari
c. Kosumen ibuk-ibuk TR, pedagang kaki lima
d. Sewa toko murah
e. Di pasar tarandam belum ada distributot tunggal
f. Tingkat persaingan kecil

3. Target pasar yang menjadi prioritas
a. Ibu-ibu rumah tangga
b. Pedagang kaki lima
c. Restoran

4. Strategi pemasaran
a. Kegiatan promosi
• Produksi sample
• Jaminan kualitas sayuran
• Harga lebih murah

b. Iklan
• Agen (disampaikan dari mulut kemulut)
• Media massa (facebook dan blog )

c. Personal selling
• Lobbying
• Presentasi penjualan

d. Strategi penetapan harga
Harga disesuikan dengan masyarakat menengah kebawah, dan memakai sistem ekonomi islam atau syria’ah.

e. Harga jual per unit produk

No PENJUALAN
(UNIT ) HARGA

(RP/UNIT) JUMLAH BARANG/ bln PENJUALAN BERSIH (RP)
1 Wortel Rp. 1.500 800 kg 1.200.000
2 B. merah Rp. 8.500 200 kg 1.700.00
3 Tomat Rp. 1500 600 kg 900.000
4 Kentang Rp. 3.500 800 kg 2.800.000
5 Kol Rp. 400 1.400 kg 560.000
6 Sawi Rp. 500 800 kg 400.000
7 Alvokad Rp. 1.500 1.200 kg 800.000
8 Terong pirus Rp. 5.000 200 kg 1.000.000
9 Terong Rp. 3.500 500 kg 1.750.000
10 Beras solok Rp. 12.000 500/gantang 6.000.000








Total Rp. 17.110.000
D. ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Struktur Organisasi Perusahaan

1. Kualifikasi Tim Manajemen
No Jabatan Kualifikasi
(Pendidikan/pengalaman)
1 Ade sapitra MHS UNAND
2 Marliza Rahma Yuli MHS UNAND
3 Yulianto SMA/Petani sayur
4 Syafriadi SMA/Pedagang
5 Roni SD/Kuli angkut

2. Anggaran Balas jasa Tim Manajeme

No
Jenis pekerjaan Jumlah TK
(OH/bln ) Jumlah upah
(Rp/bln)
1 Manajer produksi 1 ----------------
2 Manajer keuangan 1 ----------------
3 Manejer pemasaran 1 Rp 800.000
4 Manajer distribusi 1 Rp 600.000
5 Kuli angkut 1 Rp 500.000
Jumlah Rp. 1.900.000

E. ASPEK KEUANGAN

1. Kebutuhan Modal Investasi
• Investasi yang telah dimiliki Rp 2.000.000
Berasal dari tabungan sendiri
• Rencana penambahan modal Rp 15.110.000
*Dimohonkan bantuan kepada PMW Unand

2. Total Kebutuhan Modal dan sumber Permodalan
Kebutuhan Modal
NO JENIS MODAL KEBUTUHAN (RP)
1 Modal Investasi 15.110.000
2 Modal Kerja -------------
Jumlah 15.110.000

Sumber Permodalan
NO SUMBER JUMLAH (RP)
1 Modal sendiri 2.000.000
2 Modal pinjaman ------------
Jumlah 2.000.000







KESIMPULAN
Jenis usaha ini sangat potensial untuk maju dan berkembang, dengan memperhatikan :
a. Pasarnya setiap hari
b. Konsumen kita adalah Ibuk-ibuk RT
c. Kita menjadi pemasok bagi pedagang kaki lima
d. Harga yang kita berikan relatif murah dari pedagang lain,karena tanpa perantara.
e. Kualitas barang kita lebih segar dan tahan lama.
Demikianlah potensi yang mungkin terjadidalam perjalan bisnis ini, besar harapan kami Bapak Pimpinan PMW dapat menerima proposal “Business Plan” ini, demi kelanjutan dan berkembangnya usaha kami ini.














LAMPIRAN
(Foto produk sayur mayur ALAHAN SEGAR)

SOCIOLINGUISTICS

Language varities
People use language because they need language to communicate each other. they use language with different aspect to get their goal. They chose many variant of language that they’ll usage. The variety include: languages, dialects, accents, registers, styles or other sociolinguistic variation, as well as the standard variety itself. Language that they usage was inluented by norms, and social status. Sociolinguitics determine language that usage that influent by social status and the functional of language. Its also call varnacular.
a. vernacular language
vernacular language is used as a native language in a single speaker community.
Characteristics of vernacular language
1. language is non-standard
2. languag inharit from familiy/community
3. it is finite function
example : Minang language
b. francas language
A lingua franca is a general language that use to make communication between people without use their mother tongue language, especially when it is language distinct from both mother tongues
Example : indonesia language that use in our country

c. pidgin and croel
pidgin
A pidgin is language that use two or more groups that do not have francas language or language that use in common. In this case, both of group speak a language different from language of their group or community A pidgin is not the native language of any speech community, but is instead learned as a second language. A pidgin may be built from words, sounds, or body language from multiple other languages and cultures. Pidgins usually have low prestige
creole
A creole language is a language that born from pidgin that has become nativized. Most often, the vocabulary comes from the dominant group and the grammar from the subordinate group, where such stratification exists.
Example : most indonesia vocabulary is from melayu cause it is dominant.
Language, dialect, and varieties
Language may refer either to the specifically human capacity for acquiring and using complex systems of communication, or to a specific instance of such a system of complex communication. The scientific study of language in any of its senses is called linguistics.
Language is:
• A mental faculty, organ or instinct
• A formal symbolic system
• A tool for communication
Dialect
Dialect is speaking that refers to geographical variant language. It is denote to a geographically distint variety of a language.
Variety
Variety is variant language that used in society. language variation used in many reason, such as norms, social status to give some respect to other people. It is variety lead to use of term dialect.
There are a number of further labels which are used to refer to language variation along various axes. Students should be aware of at least the following three terms.
Diatopic Refers to variation in language on a geographical level.
Diastratic Refers to variation in language between social classes.
Diachronic Refers to variation in language over time.
standard language
A standard language (also standard dialect or standardized dialect) is a language variety used by a group of people in their public discourse. Language that exist in dictionary, use in goverment, many instation,social, politic. Formal language

Kamis, 12 Mei 2011

BELAJAR BAHASA JEPANG

KATA GANTI 

Saya = watashi, watakushi, shousa, boku, atashi, ore
Kami = watashitachi, bokutachi, bokura, atashitachi, oretachi
Kamu = anata, kimi, omae
Kamu sekalian = anatagata, kimitachi, omaera
Dia (laki) = kare, karera (jamak)
Dia (perempuan) = kanojo, kanojora (jamak)
Ini = kore, korera (jamak)
Itu = sore, are, sorera (jamak), arera (jamak)

GREETING 

Selamat = omedetou (gozaimasu)
Selamat ulang tahun = tanjoubi omedetou
Selamat pagi = ohayou (gozaimasu)
Selamat siang = konnichiwa
Selamat malam = konbanwa
Selamat datang = youkoso, itteirasai
Selamat tinggal = sayonara
Selamat istirahat = oyasumi (nasai)
Apa kabar = ogenki desuka, o kigen ikaga desuka (formal)
Sampai jumpa lagi = mata aimashou, itte mairimasu


Spada = gomen kudasai
Permisi = shitsureishimasu
Silakan = douzo Maaf = sumimasen, gomen (nasai)
Terimakasih = doumo, arigatou (gozaimasu)
Terimakasih kembali = dou itashimashite
Iya = hai
= iie
Saya berangkat = ittekimasu
Selamat jalan = itterasshai
Saya pulang = tadaima
Selamat datang = okaeri (nasai
) Selamat makan = itadakimasu
Terimakasih utk hidangannya = gochisousama dehita 

Selasa, 10 Mei 2011

SETULUS CINTA INDONESIAKU

SETULUS CINTA INDONESIAKU
(Marliza Rahma Yuli,Fakultas Sastra,Universitas Andalas)

Awan hitam menyelimuti bumi pertiwi
Tanah dan udara tercemari oleh polusi
Para pejabat menari tanpa ada solusi
Rakyat meraung di tengah revolusi
Inilah tanah air tercinta ibu pertiwi

Penguasa tersenyum penuh kedamaian
Menjanjikan sebuah kalimat harapan
Sebenarnya hanya omong kosong kekuasaan
Hanya demi sebuah kursi megah jabatan
Rakyat tetap saja tertipu dengan kebodohan

Jumat, 06 Mei 2011

PARADIGMA SEBUAH JANJI

Paradigma sebuah janji
By: marliza rahma yuli

Aku berjalan menyusuri malam
Tak ada cahaya,hanya kelam
Aku dengar rintihan kelaparan
Aku dengar raungan kebodohan

Mentari terbit, pertanda pagi
Tak ada tangisan, hanya sepi
Aku melihat disana-sini
Tumpukan mayat mengelilingi

Mereka menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang mereka yakini
Dikala pemilu untuk merubah bangsa ini
Namun itu semua hanya basa-basi

Hingga tuhan menjemput mereka disini
Mereka masih menunggu sebuah janji
Sebuah janji yang takkan pernah di tepati
Oleh orang yang mereka percayai

GORESAN LUKA DALAM DEKAPAN IBLIS

Oktober 2010....
Sri menangis terisak-isak di tepi jalan seperti wanita yang suaminya meninggal di medan perang. Wajahnya sembab oleh air mata yang menganak sungai. Orang-orang melihatnya dengan berbagai pikiraan yang bergejolak di kepala. Bukan kepergiannya ke Mentawai yang membuat Sri menangis. Tapi kekecewaan yang menggerogoti hatinya seperti sel kanker stadium empat, sangat menyakitkan. Sri hanya minta satu pada Adit yang selalu mengisi hari-harinya. Temui dia sebelum berangkat menjadi relawan ke Mentawai. Permintaan yang sangat sederhana, tapi itu tak dilakukan oleh seorang Adit. Adit harus menjemput komandannya.
Empat hari terasa seperti penantian empat tahun bagi Sri yang dihantui kecemasan. Cemas kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada laki-laki yang telah meluluhkan hatinya yang beku. Setiap pulang kuliah, Sri duduk dengan muka cemas di depan TV. Mendengarkan reporter yang menggambarkan keadaan cuaca di Mentawai yang semakin memburuk. Badai yang terus mengamuk sehingga kapal relawan yang menyalurkan bantuan terhalang.
Berkali-kali Sri mencoba untuk menelepon, tapi yang dia dengar hanya suara operator yang berkoar-koar “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...bla...bla..”. Tak terhitung SMS yang telah dikirim Sri dan hampir semua SMS itu bertuliskan pending. Namun suatu hari, Sri menerima SMS dari Adit. Betapa girang perasaannya, mukanya yang murung berubah menjadi cerah. “Aku baik2 saja”. Betapa besar cinta yang telah tertanam dalam perasaan Sri.
November, 2010...
Segala sesuatu terasa sangat menyenangkan bagi Sri. Dari mulai mentari menampakkan sinarnya, senyuman kebahagiaan selalu terlukis di wajahnya, matanya selalu berbinar sepanjang hari. Semua teman-teman Sri yang satu kontrakan sudah mengetahui apa gerangan yang membuat Sri begitu senang hari ini. Adit telah selesai dari misi Menwa-nya (Resimen Mahasiswa) menjadi relawan, dan dikabarkan hari ini sampai di kota Padang.
Sore hari Sri nampak sangat sibuk bersiap-siap bertemu Adit malam ini. Adit pernah berkata sampai di Padang Adit akan langsung menemuinya. Hal itu disampaikan Adit sebelum berangkat ke Mentawai. Sri mempersiapkan baju terbaik yang dia punya untuk menemui Adit nanti malam. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai baju kemeja yang dia beli sebulan lalu. Sri menyetrika kemeja kotak-kotak bewarna coklat itu dengan sangat rapi dan tak lupa disemprotkannya pewangi.
Jam tujuh malam, Sri telah siap menyambut kedatangan Adit. Sri terlihat begitu memukau dengan dandanannya yang sangat sederhana. Berkali-kali dipandanginya pintu, namun sosok Adit yang ditunggu belum juga muncul. Tapi ia masih berusaha untuk tenang, dia yakin Adit masih di jalan. Jam sudah menunjukkan angka delapan, namun keberadaan Adit belum menampakkan tanda-tanda. Sri mulai cemas, jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Adit seperti dalam komik percintaan yang sering dibacanya. Akhirnya, Sri memutuskan untuk menghubungi Adit.
“Halo. Lagi dimana, Dit?” tanya Sri tanpa mendengar suara orang yang mengangkat teleponnya.
“Ini Ade, Sri...” Sri terkesiap, jantungnya mulai berdebar tak karuan. “Aditnya lagi tidur. Belum bangun-bangun dari nyampe tadi,” lanjut Ade memberi penjelasan seadanya.
“Ow... Ya udah, makasih ya, De. Salam aja buat dia,” Sri langsung mematikan teleponnya. Dia kembali kecewa, ternyata Adit lupa. Tapi Sri berusaha untuk mengerti, Adit pasti capek banget. Menjadi relawan selama empat hari pasti melelahkan, belum lagi perjalanan laut yang membuat pusing kepala.
Namun kemudian, selalu ada rintangan. Adit benar-benar susah untuk ditemui. Hujan yang mengguyur kota Padang, memang menjadi alasan paling masuk akal, kenapa Adit tak kunjung menampakkan muka di depan rumah. Pernah suatu kali Sri ingin bertemu Adit di kampus karena mereka satu kampus tapi beda fakultas. Adit tetap tak bisa ditemui. SMS Sri sering tak di balas. Kalau Sri menelepon, bisa di pastikan Adit selalu dalam keadaan sangat sibuk. Sri kuliah di fakultas sastra, sedangkan Adit kuliah di fakultas teknologi pertanian. Adit selalu disibukkan dengan laporan yang menumpuk dan harus diserahkan sebelum pratikum,selain itu Adit juga menjadi asisten bengkel dan sering di sibukkan oleh proyek-proyek dari dosen,belum lagi posisi Adit di Menwa sebagai wakil provost jadi memiliki tanggung jawab lebih. Sedangkan Sri, anak sastra tanpa ada pratikum dan tentunya tak sesibuk Adit.

Bagi Sri love is understanding, Sri selalu berusaha mengerti,memahami Adit sepenuh jiwanya. Menerima semua atribut yang melekat padanya,termasuk sifat Adit yang sangat tergantung moody-nya. Sri tak lelah menunggu Adit setiap harinya, walaupun yang ada hanya kekecewaan saat yang di tunggu tak kunjung datang.
Penantian Sri akhirnya membuahkan hasil, Adit berdiri di depan pintu rumah dengan senyum sumringahnya. Sri benar-benar sangat girang dibuatnya. Sorot kebahagia’an nampak jelas dari kedua bola matanya yang bulat. Sebuah senyuman kebahagiaan terlukis jelas di kanvas wajahnya. Senyuman yang sempat hilang. Kini Seakan-akan senyuman itu abadi untuk selamanya. Senyuman indah milik Sri, hanya milik Sri untuk Adit yang sangat dikasihaninya.
Sri dan Adit memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai Padang “Taplau”. Begitu orang Padang menyebutnya. Tempat yang telah menpersatukan banyak hati. Sri duduk sambil menyandarkan kepala di bahu Adit yang kuat. Aroma parfum Adit tercium jelas. Begitu nyaman. Layaknya orang pacaran, mereka berbagai cerita tentang banyak hal. Cita-cita, kenangan waktu kecil, kesulitan di kampus, keluarga, semuanya. Sri merasa begitu dekat dengan Adit, seakan-akan Adit menjadi darah yang mengalir di seluruh tubuhnya.
Desember, 2010...
Sebulan setelah ketemu, Adit seakan tiada berita. Setiap kali di-SMS tak pernah di balas. Sri makin gelisah dibuatnya. Setiap kali Sri menelepon, dari intonasi Adit, seakan-akan Sri hama pengganggu. Suaranya selalu kesal. Pernah suatu kali Adit berkata di telepon “orang selalu senang menerima telepon dari pacarnya. Tapi aku tidak ngerasainnya,”. Adit juga pernah berkata “Iya. Aku merasa SMS Sri kayak teror aja. Makanya gak aku balas”. Padahal Sri hanya mengirim SMS ‘Pagi,Dit. Udah bangun blum? have a nice day’.
Malam tahun baru Sri mencoba buat nelepon Adit. Tapi nomor yang dituju selalu sibuk. Sri terus berusaha, dia tak peduli nomor Adit sibuk, karena walau sibuk sebenarnya telepon itu tetap tertera di handphone sang penerima. Sri terus mencoba puluhan kali, sampai jempolnya benar-benar sangat sakit untuk di gerakkan. Sampai dia tak kuat lagi. Tak lama kemudian Adit menelepon.
“Halo. Ada apa?”
“Kok nomornya sibuk terus? Lagi nelepon siapa?”
“Temen.”
“Cewek atau cowok?”
“Cewek.”
“ow... Jadi kamu nelepon cewek dan teleponku diabaikan?”
“Iya. Udah lama gak nelepon dia. Kangen..”
“Sebenarnya perasaanmu ke aku kayak apa sih sekarang?”
“Saya tidak tahu perasaan saya pada Anda saat ini.”
Sri memutuskan komunikasi saat itu juga. Hatinya perih bagai disayat-sayat oleh sembilu. Ketika kembang api bagai bunga bermekaran berhamburan di Taplau menghiasi langit kota Padang dengan cahaya dan warna warni yang sangat mengagumkan, ketika semua orang tersenyum bahagia menyambut kedatangan tahun baru,saat itu tanpa ada yang tahu, butiran bewarna bening menganak sungai di pipi Sri yang tampak sembab. Sri tetap berusaha untuk sabar. Yang namanya hubungan takkan selalu indah seperti yang dibayangkan. Pasti akan selalu ada rintangan yang menghadang. Sri yakin hubungannya tengah di uji oleh tuhan, sekuat mana dia mampu bertahan saat berdiri di tengan kegelapan di bawah lingkaran setan,yaitu sebuah kebosanan.
Januari 2011...
Rasanya liburan begitu panjang. Rasanya tak sabar ingin bertemu dengan Adit, ingin cepat-cepat mengaplikasikan rencana yang telah di sepakati berdua, jalan-jalan kekampung halaman Adit ,pesisir selatan. Setiap malam Sri selalu membayangkan pergi jalan-jalan ke pantai bareng Adit. Menikmati indahnya pantai Pesisir Selatan, berjalan di atas butiran pasir bewarna putih, air laut bewarna biru yang begitu bening. Sri benar-benar tak sabar menunggunya, sering kali Sri tersenyum tersipu-sipu membayangkan bersandar di bahu Adit kala menikmati langit senja bewarna merah, dan sang raja siang yang perlahan-lahan turun dari singgananya.
Dengan perasaan berdebar-debar Sri menyambar telepon. Sebuah suara yang sangat dikenalnya menyahut dengan lembut. Hati Sri terasa hangat mendengar suara itu. Saat mendengarnya, Sri merasa Adit yang ia rindukan telah kembali, Adit yang dulu telah kembali. Sri benar-benar bersyukur pada Tuhan. Rasa cemasnya hilang seketika. Apa lagi saat Adit mengatakan ‘Kapan balik ke Padang? Gimana kita mau jalan-jalan ke Pesisir kalo Sri masih di kampung?’
Setelah menelepon, Sri langsung memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Raut wajahnya benar-benar bahagia. Kepada neneknya, Sri mengatakan akan kembali ke Padang hari ini untuk mendaftar ulang dan mengurus pengisian KRS (Kartu Rencana Studi).
Februari 2011....
Sudah empat hari Sri di Padang, tapi Adit tak kunjung menampakkan rupanya. Setiap hari Sri menatap pintu rumah, berharap ada suara orang mengetuk pintu. Tapi setiap kali melihat, orang itu bukan Adit, tapi orang yang mengantarkan air galon ke rumah.
Adit kembali membuat alasan, tiap kali Sri minta ketemuan di telepon. Mulai dari sibuk bikin mesin untuk pertanian, lagi main sama teman, lagi nonton. Sri benar-benar hampir gila di buatnya, tapi Sri masih berusaha untuk sabar, Sri tahu setiap hubungan pasti ada masa jenuhnya, Sri berusaha memahami itu. Setelah yakin, perasaannya telah tenang, Sri memutuskan untuk menelepon Adit. Telepon tersambung. Terdengar suara khas cowok. Adit.
“Halo. Ada apa?” tanya Adit dingin. Ciri khas Adit seperti biasa. Sri benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi ngadepin sikap Adit. Sri benar-benar lelah. Tapi Sri tetaplah gadis polos yang baru mengenal cinta. Baginya asal ada cinta, asal Adit menyayanginya, itu semua cukup. Sri bertekad akan memperjuangkannya dan bertahan dalam hubungan yang sangat menyiksa jiwanya ini. Baginya sesuatu yang diinginkan tak mudah untuk didapatkan.
“Adit, kalau Adit gak datang kesini, aku gak apa-apa kok. Aku cuma pengen tahu sebenarnya ada apa. Kenapa sikap Adit belakangan jadi aneh banget sama aku? Aku ada salah dit?” tanya Sri sungguh-sungguh.
“Gak ada apa-apa kok. Cuma pengen aneh aja!”
“Sebenarnya selama liburan ini aku udah intropeksi diri, kalau-kalau aku ada salah sama Adit. Aku ingin menjadi yang terbaik buat Adit, aku pengen berusaha buat jadi pacar yang bisa Adit banggakan. Kalau ada masalah lebih baik kita ketemu, Adit. Kita diskusikan bersama.”
“Ntar kalau ketemu pasti ngamuk, gak mau ah! Malas!”
“Perasaan Adit ke aku gimana?”
“Gak tau.”
“Ada cewek lain yang Adit suka?” tanya Sri berusaha untuk tegar. Sebuah pertanyaan yang dihindarinya selama ini. Pertanyaan yang sangat ditakutinya. Pertanyaan yang sudah bersarang di dalam jiwanya selama ini.
“Iya, ku lagi suka sama anak Medan. Satu fakultas sama aku jadi bisa ketemu tiap hari. Lagi deket.....,” kata Adit dengan intonasi gembira, tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun.
Sri hanya diam. Cuma itu yang dilakukannya. Ingin rasanya dia berteriak saat itu, menangis, meraung-raung seperti dahulu kala. Tapi itu tak dilakukannya. Semua kesabarannya selama ini tak ada gunanya karena cinta yang dia perjuangkan ternyata seperti ini. Hubungan yang selalu dia jaga dengan penuh kesetiaan berujung kecewa.
“Lho kok diam? Nangis ya? Aku gak salah kan? Setiap pertanyaan harus ada jawabannya!” Adit terus berkata-kata.
Sri masih diam membisu. Tatapannya kosong, semua memori indah mulai terlihat samar-samar. Sementara Adit mulai bercerita tentang gadis yang mulai dekat dengannya, kemungkinan saat dia jadian dengan gadis itu. Tak lupa Adit menambahkan, meminta Sri untuk mengakhiri hubungan ini.
“Ya... Ki.... ki...ta udahan. Ki...kita akhiri hubungan ini. Se...semoga bahagia..,” kata Sri dengan suara terbata-bata.
“Oh.... syukurlah. Udah ya. Bye.”
Telepon ditutup, tapi Sri terdiam disana. Dia hanya duduk menatap dinding kamar dengan tatapan yang akan membuat orang tergetar dan bisa merasakan betapa dalamnya luka membalut hatinya.
***
“Sri, kamu gak boleh kayak gini terus. Aku bosan liat kamu yang bengong kayak makhluk gak bernyawa. Walau kamu putus sama Adit, hidup akan terus berlanjut terus. Coba kamu pikirin nenekmu yang sayang banget ama kamu Sri. Nenek yang menaruh harapan besar buat cucu kesayangannya, nenek yang berjuang melawan beban hidup, demi melihat cucunya memakai baju wisuda!!!” ujar Rahmi yang mulai kesal melihat Sri yang bertingkah putus asa. Seakan hidup berakhir dengan berakhirnya hubungannya dengan Adit.
Sri menatap Rahmi dengan sebuah senyuman yang sangat dipaksakan. Dia seakan berusaha untuk tegar, supaya sahabatnya tak cemas lagi melihat kondisinya.
“Udah daftar ulang ke fakultas belum?” tanya Rahmi. Tanpa menunggu jawaban, Rahmi langsung melemparkan handuk ungu kesayangan Sri. Dengan sigap, Rahmi menarik tangan Sri dan mendorongnya ke kamar mandi.
“Cepat mandinya, kita harus buru-buru, bentar lagi fakultas tutup, dan kalau itu sampai terjadi berarti secara otomatis kita takkan terdaftar sebagai mahasisiwa semester ini, alias terpaksa B.S.S (Berhenti Studi Sementara),” teriak Rahmi dari luar.
“Iya, tahu...”
Sri mulai tampak sedikit bersemangat, Rahmi yang mengendarai motor bisa merasakan perubahan pada teman baiknya. Rahmi turut senang, sebuah senyuman tulus terukir disana. Rahmi terus mengajak Sri mengbrol sambil mengendarai motor.
Sesampainya di tikungan dekat gedung futsal, Rahmi membelokkan motor dengan cepat, tanpa diduga bus kampus yang sedang beroperasi datang dari arah yang berlawanan. Motor yang dikendarai terpental sejauh 20 km. Rahmi terlempar ke tanah di samping jalan, seketika itu langsung tak sadarkan diri, sedangkan Sri tergeletak di jalan dalam genangan hangat bewarna merah.
Supir bus dan beberapa penumpang langsung turun. Keduanya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sri tampak sangat kesakitan, nafasnya tersengal-sengal, sementara darah terus bercucuran dari sekujur tubuhnya.
Rahmi telah sadarkan diri. Dia melihat Sri yang ada di sampingnya, terbujur kaku dengan luka di sekujur tubuhnya. Dokter menggelengkan kepala menandakan Sri tak terselamatkan. Kain putih ditarik hingga menutupi kepala. Butiran bewarna bening menganak sungai di wajah Rahmi yang tergores luka, namun bukan luka luar yang menyakitkan, tapi luka hatinya yang harus menyaksikan sahabatnya dipanggil Yang Maha Kuasa.
Tak lama kemudian, keluarga Sri datang mengelilingi tubuh Sri yang terbujur kaku. Terdengar raungan yang begitu menyiksa. Duka dari keluarga yang ditinggalkan, duka dari tiang harapan yang telah hilang.
***
Rahmi masih bisa merasakan derai tawa Sri dalam kamar. Pendapat-pendapat Sri yang kritis tentang berbagai hal, mengobrol dengan Sri merupakan suatu kebahagiaan. Sri yang ceria, Sri yang usil, kini telah tiada.

Lagu Ada Band mengalun, Rahmi berusaha mencari sumber suara yang digunakan Sri dalam handphone-nya sebagai ringtone tanda ada pesan. Rahmi menemukan handphone Sri yang tertinggal di atas lemari, sebelum kecelakaan tragis itu terjadi. Sebuah pesan dari Adit. Rahmi geram bukan kepalang, buat apa manusia yang lebih kejam dari iblis itu mengirimkan SMS ke handphone Sri. Satu hal yang paling di sesali Rahmi dan yang sangat di bencinya, adalah kesabaran Sri semasa hidupnya menghadapi Adit. Padahal Adit memperlakukan Sri tak ubahnya sampah, yang di buang berkali-kali kemudian di pungut lagi. Berkali-kali Rahmi menasehati, tapi Sri tak pernah mengerti,konsep love is blind sangat berlaku pada diri Sri, bahkan sampai tuhan memanggilnya.
Rahmi penasaran sehingga dia membuka dan membaca pesan singkat itu.
Sender : 08126607xxxx
‘Q dh jdian ma dy, lupain smua ttg kt’
MANUSIA BODOH
By: Ada Band
Dahulu terasa indah Tak ingin lupakan
Bermesraan slalu jadi satu kenangan manis
Tiada yang salah…
Hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua
Ini permainkanku berulang-ulang kali
reff
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang di hempas sang ombak…
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapan kah ku harus menanggungnya
Kutukkan cinta ini
bersemayam dalam kalbu
semua kisah pasti ada akhir yang harus di laluai
begitu juga akhir kisah ini
yakinku indah

Tak ayal tingkah lakumu buatku putus asa..
Kadang akal sehat ini tak cukup membendungnya
Hanya kepedihan yang slalu datang menertawakanku
Kau belahan jiwa tega menari indah di atas tangisanku

australian culture

RELEGION AND CEREMONIES OF ABORINAL PEOPLE

Introduction
The aboriginal is the indigenous people in Australia which has religion and ceremony system. Their religion is not really different with other religion in the world. They are belief a god or gods who created everything in this universe. Indeed, they are very religious and spiritual, they are obedience with the god, and they apply their obedience by praying and ceremony.
The aboriginal is dividing in some tribe, and each tribe has different deities. They describe their image of god into the real image, and the real form, such as an animal, rock art shelter, and plant. These are representing the figure of their god. Each tribe called their duties with different language. It uses for praying, “ Wandjina” are responsible for bringing the Wet Season rains.
They belief each natural object such as, plant and animal have soul, so these can change into human life through re- incarnation of the spirit and soul. These give evidence that they do not belief Animism.
The religion and ceremony views that I will discuss are considered: ancestral being, creation period-the dreamtime, and ceremonial life. By giving this information I hope I can provide enough knowledge in learning Australian culture about the religion and ceremony in aboriginal.

Ancestral Beings

Ancestral being is using to describe all the deities in Aboriginal. According to the aborigines stories, throughout Australia.
Ancestral beings give a big impact in each aspect of their life. The impact especially in their work such as: food gathering, catching the animal and making a weapon. They get all their skill through the myth, legends of the Ancestral being.
There is some creation story that shows to the guidance of their life. The story involves the role of life and lows for Aboriginal to understand the earth. The information in the story considered: the body of songs, dances, stories and paintings for each clan or tribe and is revered during certain ceremonies.

The Creation Period – The Dreamtime

The creation period-the dreamtime is the religion of the Aboriginal. They belief the Ancestor beings was created everything like the earth, animal, plants and other. The Aboriginal has some words varies for this “Creation Period”. Each place in particular area has their words for this “Creation Period”. For example, it is known as Alcheringa (Aldjuringa) amongst the Aranda of Central Australia, as Lalai in the Kimberley, and as Nayuhyungki amongst the Kunwinjku (Gunwinggu) east of Kakadu National Park.
The Aboriginal people belief that dream was related to their life which was transformed back into that ancestral time. The dream relates to the Creation Period that guide people to more understanding “the dreamtime” of creation their religion. In mythology the dreams reference to the Creation Period.
The Creation Period or Dreamtime has many impact of all aspect in Aboriginal life and culture. The Aboriginal people take a lesson through the story of the Creation Period deities, animals, plants, and other beings. This story gives some guidance to do some ceremony and sacred ritual, song and dances. It is the ritual when an adolescent progress to their new life to be adult.

The ceremony
Today, the aboriginal people who life in some remote parts of Australia doing this ceremony or ritual in order to ensure a supply of plant and animal foods. The aboriginal people do some rituals to the Ancestral beings to ensure food or ask the rain.
There are three famous ceremonies or rituals that often still occur in remote Australia. The story considered: initiation of boys and girls, and Funeral ceremonies.
• initiation of boys and girls
This ceremony or rituals refers to the boys or girls that progress into the adulthood. They do this ceremony for weeks. There are many activities during the ceremony. The activity include: display body decoration, song that relate to the Ancestral being, and storytelling. Some of this activity allowed for women or children to see and hear, but other ceremony are closed. It is just for initiation of boys and girls that follow the ceremony.
The Funeral ceremony

Another ceremonies in aboriginal tribes, is the Funeral ceremonies. There are many traditional methods of dealing with corpses, including burial, cremation, exposure on tree platforms, interment inside a tree or hollow log. This ceremony is present on the death a person. The Aboriginal people doing some series rituals like dances and songs to the person’s spirit leaves the area and return to the re-carnation. The burial practice is difference in each places in Australia, but each the ritual always exist. How about the burial? There are two steps of burial in aboriginal funeral ceremony.
The first burial is, take a corpse in to the wooden platform to make the flesh separate from the bones after several months. The second step, the bones will be painting in to red ochre. The relative allowed carrying their relative’s portion bones and saving the bones in the cave or hollow. The hollow log can save the corpse from terminates or insect.
Conclusion
CONCLUSION
The religion and ceremony give a more knowledge about the aboriginal culture especially in religion and ceremony system that still exist in remote Australia. The information of the reli Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
And ceremony in Australia can accommodate to learn in Australian culture. The religion gives information of Aboriginal religion such as, Creation Period- the dreamtime. The ceremony provides some information of the ceremony that still exist in remote Australia. Initiation of boys and girls inform interchangeable from boys/girls to the adulthood. The Funeral ceremony provides inform how the Aboriginal provide to burial corpse.
Aboriginal religion and ceremony in Australian can we compare with the religion and our funeral ceremony in Indonesia, even though there are not really the same. The religion and ceremony still exist today, but it is just in remote places.
I hope by this essay we can learn and get more understanding of Australian culture, especially about the Aboriginal religion and ceremony.

Psychoanalytical criticism

INTRUDUCTION
The theory of Psychoanalytic literary criticism is branch of theory of literature that we discuss on this paper will provide different views in analysis literary work. Through this theory we will try to give you understanding of analysis literary work base on point of view on analysis literary work which uses Psychoanalytic literary criticism. This theory has great influenced of psychoanalysis by Sigmund Freud. It is study of human psychological functioning and behavior.
On this paper we look at the definition of theory itself to get a sense of the fundamental issues in literary work analysis. The theory that we will discuss considered: It is a literary approach where critics see the text as if it were a kind of dream. This means that the text represses its real (or latent) content behind obvious (manifest) content. The process of changing from latent to manifest content is known as the dream work, and involves operations of concentration and displacement. The critic analyzes the language and symbolism of a text to reverse the process of the dream work and arrive at the underlying latent thoughts.

Content
Psychoanalysis
Psychoanalysis is a kind of therapy type to cure deviation bounce and nerve. This is aspect which is very recognized by many people. This therapy base on psychology of dynamic (a method that emphasizing a motif and encourage to behavior).the theory is about unconscious and how to interaction by conscious mind. This is a method base on free association (a process where client given by a word, to inform the analyst all incoming idea of patient’s mind). This matter assist patient to remember depressed experience (experience repressed) so that result infecting of neurosis.
Freudian psychoanalysis refers to a specific type of treatment in which the "analysand" (analytic patient) verbalizes thoughts, including free associations, fantasies, and dreams, from which the analyst induces the unconscious conflicts causing the patient's symptoms and character problems, and interprets them for the patient to create insight for resolution of the problems.
There are two theories in psychoanalysis that also influenced the psychoanalytical theories of literature. The theories considered:
a. Topographic theory

Freud applied the theory in The Interpretation of Dreams (1900). This theory is about mental processes of the conscious and unconscious. This theory also called of the metapsychological that explain how the mind functions in classical psychoanalytic theory.
b. Structural theory
The theory describe into three parts in model of the psyche, there are id, ego and the last one superego
• The id is unconscious part of the psyche that responsible whole of our desires, fear, sex and basic impulses. The id is storehouse of the libido (the instinctive to create or the source of psychosexual energy).Freud divided the id instinct into two parts, life and death instincts. A life instinct (Eros) is the important to survival. The death instinct is our unconscious, such wish to die, struggle for more happiness. Freud mention the death instinct is our desire for peace and to go out from reality trough such as, fiction, media, and drugs.
• The ego is completely the conscious part of the psyche that organized part of the personality structure that includes defensive, perceptual, intellectual-cognitive, and executive functions. Conscious awareness resides in the ego, although not all of the operations of the ego are conscious. The ego separates what is real. It helps us to organize our thoughts and make sense of them and the world around us. The ego is mediator the id and superego to the external world or reality. It is making balance between conscious and unconscious.
• The Super-ego works in contradiction to the id. The Super-ego strives to act in a socially appropriate manner, whereas the id just wants instant self-gratification. The Super-ego controls our sense of right and wrong and guilt. It helps us fit into society by getting us to act in socially acceptable ways



Psychoanalytic Approaches
All psychoanalytic approaches to literature have one thing in common—the critics begin with a full psychological theory of how and why people behave as they do, a theory that has been developed by a psychologist/psychiatrist/psychoanalyst outside of the realm of literature, and they apply this psychological theory as a standard to interpret and evaluate a literary work.
Because psychoanalytic theories have been developed outside the realm of literature, they are not tied to a specific aesthetic theory and are frequently coupled with other schools of literary criticism (e.g., feminist psychoanalytic criticism, reader-response psychoanalytic criticism, etc.).
Psychoanalytic literary criticism can focus on one or more of the following:
• the author: the theory is used to analyze the author and his/her life, and the literary work is seen to supply evidence for this analysis. This is often called "psychobiography."
• the characters: the theory is used to analyze one or more of the characters; the psychological theory becomes a tool that to explain the characters’ behavior and motivations. The more closely the theory seems to apply to the characters, the more realistic the work appears.
• the audience: the theory is used to explain the appeal of the work for those who read it; the work is seen to embody universal human psychological processes and motivations, to which the readers respond more or less unconsciously.
• the text: the theory is used to analyze the role of language and symbolism in the work.

Psychoanalytic Criticism

Psychoanalytic criticism adopts the methods of "reading" employed by Freud and later theorists to interpret texts. It argues that literary texts, like dreams, express the secret unconscious desires and anxieties of the author, that a literary work is a manifestation of the author's own neuroses. One may psychoanalyze a particular character within a literary work, but it is usually assumed that all such characters are projections of the author's psyche.
One interesting facet of this approach is that it validates the importance of literature, as it is built on a literary key for the decoding. Freud himself wrote, "The dream-thoughts which we first come across as we proceed with our analysis often strike us by the unusual form in which they are expressed; they are not clothed in the prosaic language usually employed by our thoughts, but are on the contrary represented symbolically by means of similes and metaphors, in images resembling those of poetic speech" (26).
Like psychoanalysis itself, this critical endeavor seeks evidence of unresolved emotions, psychological conflicts, guilt, ambivalences, and so forth within what may well be a disunities literary work. The author's own childhood traumas, family life, sexual conflicts, fixations, and such will be traceable within the behavior of the characters in the literary work. But psychological material will be expressed indirectly, disguised, or encoded (as in dreams) through principles such as "symbolism" (the repressed object represented in disguise), "condensation" (several thoughts or persons represented in a single image), and "displacement" (anxiety located onto another image by means of association).
Despite the importance of the author here, psychoanalytic criticism is similar to New Criticism in not concerning itself with "what the author intended." But what the author never intended (that is, repressed) is sought. The unconscious material has been distorted by the censoring conscious mind.